widget

Selasa, 17 Desember 2013

BUKTI NYATA YANG TAK MUNGKIN BISA DI BANTAH

sumber foto : ABC Australia
Danny Kogoya meninggal karena kecerobohannya sendiri,. diketahui dari kesehariannya yang jauh dari kata hidup sehat serta kebiasaan buruknya yang senantiasa mengkonsumsi alkohol (miras) serta kurang menjaga kebersihan yang akhirnya berbuntut kematiannya sendiri,. sempat dilansir di media online tentang kematian Tokoh OPM tersebut yang dinilai sebagai kesalahan aparat dan pemerintah dengan berbagai propaganda dan manipulasi fakta yang sempat bergentayangan di internet tak menyurutkan niat kami untuk selalu mencari fakta demi kebenaran dan keadilan yang sesungguh-sungguhnya di PAPUA.

Tadi pagi saya mendapatkan dokumen AKTA KEMATIAN resmi dari "Papua New Guinea". ternyata didapatkan data aktual penyebab kematian Danny Kogoya tersebut yang lebih disebabkan oleh Kecerobohannya sendiri, dalam surat kematian itu dijelaskan bahwa Danny Kogoya mengalami LIVER KRONIS. Hal ini di kemukakan oleh Medic Center setempat setelah melakukan Autopsi terhadap Jasad Alm. Danny Kogoya.
surat resmi MEDICAL CENTER of PNG

Bukti diatas sekaligus mematahkan pernyataan dari media-media tak bermutu yang menyalahkan pihak lain dan mengkait-kaitkan dengan masalah yang jelas-jelas tak ada hubungannya.

Terkait Penangkapan oleh polisi itu karena yang bersangkutan di curigai sebagai otak penembakan di Jalur Nafri dan Pantai Base-G Jayapura. dalam proses penangkapan Danny Kogoya berusaha menghindar dari polisi sehingga kakinya di terjang timah panas dan mengalami pembengkakan saat perawatan di rumah sakit yang kemudian terpaksa diamputasi. selama proses penyelidikan lebih lanjut, Danny Kogoya di tahan di bebaskan sementara menunggu Perpanjangan masa tahanan dan  Putusan lebih lanjut dengan keadaan Kaki kanan sudah diamputasi. namun Danny Kogoya dengan bantuan rekannya melarikan diri ke Papua New Guinea demi menghindar dari putusan hakim.

Sampai dengan berita kematian Danny Kogoya terbit, Kelompok Politik Separatis selalu Memutar balikkan fakta yang terjadi di lapangan untuk menarik perhatian publik dan Internasional.

Sekarang Apalagi yang akan kamu Kicaukan??? INDONESIA MASIH ADA DALAM RAGAKU MERAH DARAHKU PUTIH TULANGKU, PAPUA TANAHKU.

Published by : Muhai Tabuni for Indonesia

Senin, 16 Desember 2013

Rakyat Papua Kembali di Bodohi KNPB




Masyarakat Papua telah kesekiankalinya diberikan iming-iming oleh segelintir orang seperti Benny Wenda di luar negeri atau Komite Nasional Papua Barat, biasa disebut KNPB yang selalu mengatakan bahwa Papua akan merdeka dalam waktu dekat, namun hingga saat ini jauh dari kenyataan, bahkan sangat merugikan yang menyita waktu dan tenaga masyarakat dan generasi muda dalam membangun Papua.

Jika beberapa waktu lalu dilakukan peresmian Kantor Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Oxford, London, maka giliran bulan depan, tepatnya tanggal 15 Agustus 2013 mendatang, akan diresmikan Kantor OPM di Negara Kerajaan Belanda. Padahal kita semua tahu bahwa Dubes Inggris untuk Indonesia Mark Canning, mengatakan Pemerintah Inggris menegaskan kembali sikapnya yang tidak mendukung kemerdekaan provinsi Papua dan Papua Barat.

Negeri Ratu Elizabeth pun mengomentari kehadiran Dewan Kota Oxford tempat kantor perwakilan OPM. “Mengenai kehadiran anggota Dewan Kota Oxford dalam pembukaan perwakilan itu, Pemerintah Inggris menegaskan pula bahwa Dewan Kota Oxford tidak mempengaruhi kebijakan politik luar negeri Inggris dan memandang bahwa keputusan untuk membuka kantor dimaksud sepenuhnya adalah keputusan Dewan kota Oxford,” jelasnya.

Sementara terkait rencana pendirian kantor OPM di Belanda, Juru Bicara (Jubir) Komite Nasional Papua Barat(KNPB) Wim Rocky Medlama, pemerintah Belanda dan para diplomat yang berada di luar negeri atau di Negara yang pernah menjajah pemerintah Republik Indonesia (RI) ini, mereka telah mendorong pendirian kantor OPM tersebut. Namun ketika dikonfirmasi, Medlama tidak bisa menjelaskan secara detail, siapa yang mendukung pembukaan kantor tersebut, apakah Pemerintah Belanda atau hanya segelintir orang saja yang notabene juga hanya sebuah LSM tidak mewakili sebuah pemerintahan. Hal tersebut membuat pertanyaan bagi masyarakat Papua apa betul Belanda mendukung, atau hanya tipu-tipu saja, mengingat setiap agenda KNPB hanya merupakan agenda provokasi saja, tidak pernah terwujud dan selalu jauh dari kenyataan.

Selain itu Medlama mengakui, kunjungan Duta Besar Belanda ke Papua tetap menyatakan bahwa mendukung Papua tetap dalam NKRI, namun kembali Wim tidak kesatria dan memutarbalikan fakta bahwa itu merupakan trik politik yang sedang dimainkan oleh setiap negara. Padahal secara tersirat Pemerintah Belanda tidak setuju dengan Perjuangan Papua merdeka, meskipun ada rencana pembukaan kantor OPM di Beelanda.

Belanda walaupun melalui Dubes mengatakan demikian, namun Wim yakin bahwa Negara yang merupakan ayah dari rakyat West Papua itu akan tetap meresmikan kantor OPM di Negara itu. Tetapi anggapan Wim tersebut sebenarnya dapat terbantah dengan pernyataan mantan tokoh besar OPM yang telah sadar dan kembali ke NKRI Nicholas Jouwe bahwa awal perjuangan Papua Merdeka yang ia lakukan merupakan konsep dari Belanda yang seolah-olah akan mendirikan negara sendiri. “Belanda menyuruh saya untuk membuat bendera, lambang negara, lagu kebangsaan dan menyiapkan dokumen-dokumen untuk persiapan berdirinya sebuah negara. Setelah semua itu saya siapkan ternyata tidak ada satu negarapun yang mendukung perjuangan saya, justru semua negara tetap menyatakan bahwa Irian Barat bagian dari wilayah Indonesia”.

Beberapa tokoh masyarakat Papua juga telah memberikan warning, salah satunya Frans Rumbobiar yang mengatakan “hati-hati terhadap aksi tipu KNPB atau siapapun yang seolah-olah memperjuangkan rakyat Papua untuk merdeka, namun sebenarnya mereka mementingkan diri sendiri dan merugikan masyarakat Papua yang sedang semangat membangun Papua”.

SEPARATIS PAPUA MULAI PECAH DAN SALING MENEKAN SATU SAMA LAIN

ilustrasi

Kemajuan pembangunan dan teknologi Papua kian Pesat dan memberikan wajah baru bagi Papua, terbukti dengan banyaknya media sosial dan alat komunikasi canggih tersebar di Papua, hal ini menunjukkan bahwa pembangunan Papua sudah berjalan dengan baik, tinggal bagaimana kita menyaring mana yang baik dan mana yang berdampak negatif.

Seiring dengan itu semua, masih ada Kelompok ataupun golongan yang memanfaatkan situasi ini dengan membuat adu domba dan manipulasi data, serta tameng untuk menyelamatkan diri. Seperti yang telah dilakukan kelompok separatis baru-baru ini, mereka memalsukan surat instansi resmi negara untuk menjadikan tameng dari serangan kelompok separatis lainnya.

Informasi tentang Pecahnya Kelompok separatis Papua ini membuat sebagian kelompok menjadi resah, sehingga memberikan pukulan batin dan menyebabkan banyak Pentolan OPM kembali ke pangkuan NKRI. Adapun mantan petinggi OPM seperti Nicholas Jouwe, Engga Kiwo, Nick Messet dan yang lain telah menyatakan diri untuk kembali ke Pangkuan ibu pertiwi, namun setelah ditelisik ternyata bagi mereka begitu berat perjuangan untuk kembali ke NKRI, mereka mendapat banyak tantangan seperti  kecaman bahkan ancaman yang di terima dari kelompok separatis lainnya.

Hal ini memicu keresahan dan ketakutan beberapa anggota separatis yang ingin kembali ke NKRI terutama dengan adanya Surat palsu yang seakan-akan diterbitkan Instansi Keamanan setempat dengan dalih jaminan keamanan agar tidak ada upaya ancaman keamanan oleh kelompok lain. Namun ada tangan tangan yang tidak bertanggung jawab yang memanipulasi fakta yang terjadi dengan tema berita yang berbeda.

Miris memang,.. tapi itulah yang terjadi di Papua.. Saudara kita yang seharusnya menginginkan Kembali menggenggam dan mencium sang merah putih, terhalang oleh ancaman dan propaganda separatis lainnya.. Selama ini mereka meneriakkan Kebebasan untuk memilih, namun mereka juga mengharuskan untuk tetap di jalan yang salah. Semoga Papua selalu dalam lindungan Tuhan.

Minggu, 15 Desember 2013

Sejarah Hari Juang Kartika

Hari Juang Kartika diinspirasikan dari perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang bertugas dan bertanggung jawab atas keamanan masyarakat Indonesia dan menjaga kehormatan Negara NKRI.

Konon sebagai dampak kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang menyerahkan negara jajahannya termasuk Indonesia kepada Sekutu. Tentara sekutu masuk Semarang tanggal 20 Oktober 1945 dipimpin Jenderal Bethel dengan misi utama Sbb :


1. Melucuti senjata pasukan Jepang.
2. Membebaskan tentara sekutu yang ditahan Jepang selama PD II
3. Menjaga keamanan dan kententraman dengan tidak mengganggu kedaulatan RI.

Pada kenyataanya, sekutu yang diboncengi Belanda, bertindak arogan dan berupaya menancapkan kembali kolonialisme di Indonesia. Hal itulah yang menyulut kemarahan Bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Ambarawa dan sekitarnya. Insiden Air di Ambarawa, penyerangan sekutu terhadap markas-markas TKR, penyiksaan dan pembunuhan terhadap rakyat memunculkan semangat nasionalisme dan patriotisme seluruh rakyat Indonesia untuk mengusir sekutu di Bumi Ambarawa.

Kolonel Sudirman sebagai Komandan Divisi V turun ke medan laga Ambarawa memimpin pertempuran pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman memanggil seluruh Komandan Sektor TKR maupun kelaskaran untuk membahas rencana serangan umum dengan menghasilkan keputusan :

1. Siasat yang digunakan dalam perang Ambarawa yaitu, cepat, cerdik, serentak di segala sektor pada jam dan detik yang sama.

2. Serangan dimulai pukul 04.30 pada tanggal 12 Desember 1945.

3. Taktik dan strategi yang digunakan adalah “Supit Urang”

Dalam penerapannya, taktik “Supit Urang” adalah gerakan pendobrakan oleh pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menujun Semarang. Gerakan tersebut diikuti dengan gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya seekor udang menjepit mangsanya, untuk selanjutnya supit bertemu di bagian luar Ambarawa ke arah Semarang. Pasukan yang dikerahkan dalam pertempuran Ambarawa adalah Sbb :
Resimen Kedu Tengah. Dipimpin oleh Letkol M. Sarbini beranggotakan 3 pasukan Batalyon yang masing-masing dipimpin oleh Mayor Suryo Sumpeno, Mayor Kusen dan Mayor A. Yani.
Divisi V Purwokarto terdiri dari pasukan Batalyon 1 Resimen II Cilacap dipimpin Mayor Sugeng Tirtosewoyo; Batalyon 2 Resimen II Sumpyuh dipimpin Mayor Imam; Batalyon 1 Resimen I Purwokerto dipimpin Mayor Androgi; Batalyon 4 Resimen 1 Banyumas dipimpin Mayor Taram; Batalyon 4 Resimen 1 Kmanjen dipimpin Mayor Wasis; Batalyon 2 Resimen Purwokerto dipimpin Mayor Dirman.
Divisi IX Yogyakarta terdiri dari Batalyon 10 dipimpin Mayor Suharto; Batalyon 8 dipimpin Mayor Sarjono; Batalyon 20 dipimpin Mayor Pranoto Reksosamodra; Batalyon 24 dipimpin Mayor Ismullah; Batalyon 17 dipimpin Ngatijo.
Divisi X Surakarta dipimpin Letkol Sunarto Kusumodiharjo dan Letkol Suadi Suromiharjo.
Divisi IV Salatiga terdiri dari; Batalyon 1 Salatiga dipimpin Mayor Sutarto; Batalyon 2 Kopeng dipimpin Mayor Ashari; Batalyon 3 Ambarawa dipimpin Mayor Sumarto; Batalyon 4 Ungaran dipimpin Mayor Wahyu Rochadi.
Diperkuat pula oleh yang tergabung dalam Badan-Badan kelaskaran yaitu Tentara Rakyat Mataram (TRM), Barisan Macan, Laskar Rakyat, BPRI dan Angkatan Muda Republik Indonesia.

Penyerangan dadakan yang dilakukan TKR dibantu segenap komponen rakyat Indonesia mengakibatkan sekutu kalang kabut, pertempuran Ambarawa yang berlangsung dari tanggal 12 sampai 15 Desember 1945 berhasil memukul mundur sekutu dari Ambarawa.

Heroisme yang ditunjukkan TNI AD (TKR saat itu) dengan seluruh unsurnya dengan senjata dan peralatan seadanya didukung rakyat melalui Tata Yudha Semi Modern dan Taktik Supit Urang berhasil secara gilang gemilang mengusir sekutu dari Bumi Indonesia.

Rabu, 11 Desember 2013

BEM UNCEN : Waspadai Provokasi KNPB

Masih Hangat di Hati kita tentang Peningkatan dan percepatan pembangunan di Prov. Papua dan Papua Barat yang terus diupayakan Pemerintah Pusat baik dengan kebijakan Otsusnya, UP4B dan rencana UU Pemerintahan Papua (Otsus plus). Hal tersebut menandakan bahwa Pemerintah sangat serius menyelesaikan permasalahan Papua, namun masih ada beberapa elemen masyarakat maupun Mahasiswa yang belum paham tentang kebijakan-kebijakan peningkatan kesejahteraan dan pembangunan Papua.
Rencana dikeluarkannya UU Pemerintahan Papua atau disebut sebagai Otsus plus mendapat resistensi oleh beberapa kalangan di Papua. Gerakan Mahasiswa Papua Pemuda dan Rakyat Papua (Gempar) yang mengklaim dari berbagai elemen mahasiswa diantaranya Badan Esekutif Mahasiswa (BEM) STIE Port Numbay, Stikom, Umel Mandiri, STT GKI, Fisip Uncen, Uncen, UOG, UST, HMF Fak-Fak melakukan pememalangan gerbang Utama kampus tanggal 6 November 2013.
Pemalangan itu dilakukan karena mahasiswa menilai oknum maupun lembaga pendidikan Universitas Cendrawasih (UNCEN) terlibat dalam pembunuhan sistematis terhadap rakyat Papua. UNCEN terlibat secara tidak langsung melalui persiapan dan sosialisasi draft Otonomi Khusus dan Otonomi Khusus Plus.

Aksi pemalangan tersebut mengakibatkan kegiatan kampus terhenti dan beberapa mahasiswa merasa dirugikan. Salah satu mahasiswa Uncen, Fransciskus menyampaikan sebaiknya teman-teman mahasiswa tidak demonstrasi masalah politik dan melakukan pemalangan di kampus, karena akan menghambat proses belajar mengajar dan sangat merugikan mahasiswa sendiri.
Sehari setelah aksi pemalangan, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Cenderawasih (BEM Uncen) Paulus Numberi, mengatakan, pihaknya tidak sepaham dengan aksi-aksi pemalangan kampus yang dilakukan oleh oknum mahasiswa selama beberapa waktu ini.
“Saya sebagai Ketua BEM Uncen tidak mendukung aksi pemalangan kampus karena bagi saya, hal ini merugikan aktivitas kampus,” kata Paulus ke wartawan, saat jumpa pers di Prima Garden Cafe di Abepura, Kota Jayapura, Papua, Kamis (7/11).
Menurut Paulus, bila ada teman-teman BEM Uncen yang ingin melakukan aksi ini sebenarnya pihaknya harus tahu, tapi sampai saat ini dirinya tidak tahu tentang aksi ini. “Sebagai mahasiswa yang intelek, saya ingin supaya dalam menyampaikan aspirasi dengan cara yang baik-baik, tidak dengan cara demo seperti yang sekarang dilakukan teman-teman GempaR yang berdampak pada lumpuhnya aktivitas kampus sekarang. Dan kami tak tergabung dalam kegiatan ini,” katanya.
“Saya tidak mau mereka dikatakan seluruh mahasiswa Uncen, mereka adalah oknum. Karena mereka-mereka ini bukan bertindak atas dasar aspirasi seluruh mahasiswa Uncen, hanya bertindak demi kepentingan sekelompok orang, segelintir mahasiswa dan mungkin saja ini hanya kepentingan-kepentingan luar yang dibawa oleh mereka dan mengorbankan mahasiswa yang lain,” kata Wakil Presiden BEM Uncen, Alberth Prawar.

Di tempat yang sama, Sekertaris Umum BEM Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Uncen, Fred Reinhard Awom juga mengatakan hal yang sama. Pihaknya dan beberapa petinggi BEM fakultas tak mendukung kegiatan ini. Sebenarnya, pihaknya dapat melakukan dalam hal-hal yang baik seperti membentuk forum untuk diskusi agar tidak merugikan pihak lain. “Kami dari BEM FKIP Uncen tidak sepaham dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh teman-teman gabungan BEM yang ada di Kota Jayapura beberapa waktu ini,”.
Pernyataan ketua BEM Uncen dan Sekretaris Umum BEM FKIP menandakan bahwa apa yang disampaikan oleh Kordinator Gempar, Yason Ngelia yang merupakan mahasiswa Uncen tidaklah benar. Fred Reinhard Awom menegaskan, Yason Ngelia bukan anggota BEM Uncen, jadi di keliru jika BEM Uncen ikut bergabung dengan Gempar. “ada pihak-pihak dari luar kampus yang sengaja memanfaatkan mahasiswa Uncen untuk memperkeruh situasi Papua”.
Sebelumnya, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam GempaR ditahan aparat Kepolisian Resort Kota (Polresta) Jayapura pada saat melakukan demonstrasi menolak kebijakan Otsus Plus yang akan diterapkan di Papua. Mereka ditangkap saat berorasi di halaman Kantor Majelis Rakyat Papua (MRP), di Kotaraja, Kota Jayapura, Papua, Kamis (7/11). Dalam keterangannya, Kabid Humas Polda Papua, AKBP Sulistyo Pudjo Hartono mengatakan Aksi mereka ini mengakibatkan banyak mahasiswa yang tidak melaksanakan aktivitas kuliah, maupun para pekerja di Kampus Uncen, itu dari pagi hingga sore menjelang malam, kemudian mereka melakukan aksi di Kantor MRP, padahal pihak Polda belum meterbitkan STTP, sehingga kami amankan karena telah mengganggu ketertiban umum.
Beberapa mahasiswa Uncen juga memberikan pernyataan bahwa aksi pemalangan di Kampus Uncen dan aksi Tolak Otsus plus merupakan ulang pihak-pihak di luar kampus, bahkan beberapa aktivis gempar berkomunikasi dengan Komite Nasional Papua Barat. Salah satu mahasiswi Uncen yang tidak mau disebutkan namanya menyampaikan bahwa aksi pemalangan inisiatornya adalah aktivis KNPB yang sengaja memperkeruh sitiasi kampus, karena kampus dianggap sebagai kaki tangan NKRI. “sebaikanya mahasiswa fokus belajar dan membangun Papua” tegasnya.

Misool, pesona selatan Raja Ampat

Kab. Raja Ampat Papua Indonesia
Raja Ampat Pulau dengan seribu keindahan. Pemkab Raja Ampat selaku penyelenggara ‘Festival Bahari Raja Ampat‘ yang dipusatkan Wasai, ibu kota Kabupaten Raja Ampat yang terletak di pulau paling besar, Waigeo. Ini memang lebih pada kegiatan seremonial yang dibuka Bupati. Tak ada yang salah sekalian menikmati acara acara hiburan, tari dan aneka ragam makanan dari suku suku yang tersebar di kepulauan Raja Ampat. Ini memang bisa digambarkan sebagai mini Indonesia, karena keragaman suku, agama, dan bahasa. Bagian selatan kepulauan yang dipengaruhi Islam dan Utara yang Kristen. Bahkan salah satu atraksi dari masyarakat setempat, ditampilkan Reog Ponorogo ! Usut punya usut ternyata banyak pendatang asal Trenggalek Jawa timur yang merantau ke Sorong dan tinggal sebagai pekerja di Pulau Waigeo.

Sejak pemekaran Kepulauan Raja Ampat menjadi kabupaten, Wasai dibangun dari sebuah desa kecil di hutan belantara di Pulau Waigeo. Mau tidak mau, hutan lindung di babat untuk membelah pulau. Ketika saya disana, jalanan lebar hot mix sedang dibangun untuk menghubungkan pelabuhan baru. Demikian pula gedung gedung pemerintahan, dan hotel hotel bermunculan.
Satu yang membuat saya risau. Semoga aspek modernitas ini tidak menggerus alam dan ekosistem bahari. Bukankah ini yang membuat Raja Ampat menjadi icon bahari di Indonesia .

Berdasarkan sejarah, di Kepulauan Raja Ampat terdapat empat kerajaan tradisional, masing-masing adalah kerajaan Waigeo, dengan pusat kekuasaannya di Wewayai, pulau Waigeo; kerajaan Salawati, dengan pusat kekuasaan di Samate, pulau Salawati Utara; kerajaan Sailolof dengan pusat kekuasaan di Sailolof, pulau Salawati Selatan, dan kerajaan Misol, dengan pusat kekuasaan di Lilinta, pulau Misol.
Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol (sejak abad ke-16 bawahan kerajaan Bacan):
  • Abd al-Majid {1872-1904)
  • Jamal ad-Din (1904-1945)
  • Bahar ad-Din Dekamboe (1945 -1972 )
Penguasa Kerajaan Waigama (sejak abad ke-16 bawahan kerajaan Bacan):
  • Abd ar-Rahman (1872-1891)
  • Hasan (1891/1900-1916)
  • Syams ad-Din Tafalas (1916-1953)
Penguasa Kerajaan Salawati (sejak abad ke-16 bawahan Kesultanan Ternate):
  • Abd al-Kasim (1873-1890)
  • Muhammad Amin (1900-1918)
  • Bahar ad-Din Arfan (1918-1935)
  • Abu’l-Kasim Arfan (1935-?)
Penguasa Kerajaan Waigeo (sejak abad ke-16 bawahan Kesultanan Ternate):
  • Gandżun (1900-1918)

Kehidupan hayati dan biota laut Raja Ampat paling kaya dan beranekaragam dari seluruh area taman laut di wilayah segitiga koral dunia, Philipina – Indonesia – Papua Nuigini. Segitiga coral ini merupakan jantung kekayaan terumbu karang dunia yang dilindungi dan ditetapkan berdasarkan konservasi perlindungan alam Internasional. Dari Wasai mari kita lanjutkan perjalanan yang sesungguhnya menuju Misool, sebuah pulau besar dengan beberapa pulau pulau kecil yang berserakan di sekelilingnya. Kepulauan Raja Ampat terletak di barat laut kepala burung Pulau Papua, dengan kurang lebih 1500 pulau kecil dan atoll serta 4 pulau besar yang utama, yakni Misol, Salawati, Bantata dan Waigeo. Luas area ini kurang lebih 4 juta hektar persegi darat dan lautan – termasuk sebagian teluk Cendrawasih – membuatnya sebagai taman laut terbesar di Indonesia.

Pulau kecil ini sangat indah, dengan bukit dan laguna pasir putihnya membentang di depan cotagges cottages yang seakan membius dengan pesona alamnya. Sebuah jembatan kayu menghubungkan antara dermaga, dengan dive centre dan sisi cottages sebelah depan dengan restaurant tepat di tengah pulau. Dari sana ada jalan mengarah atas bukit untuk menuju sisi cotagges di balik pulau.

Resor yang dikelola oleh pasangan dari Inggris ini memang menakjubkan. Disain struktur bangunan menggunakan bahan ( termasuk kayu ) yang ramah lingkungan dan menekan sedikit mungkin kerusakan alam. Butuh waktu 2 tahun untuk membangun, karena mereka konsisten memakai kayu kayu yang bukan dari hasil tebangan. Mereka membeli kayu dari pohon pohon yang rubuh atau mengumpulkan dari yang hanyut di laut lepas.
Pemakaian sabun yang mengandung antiseptik di haramkan selama berada di Misool Eco Resort. Ini karena limbah buangannya bisa membunuh kehidupan terumbu karang di sekitarnya. Mereka juga tidak menyediakan ikan ikan karang seperti kerapu kepada tamu tamunya karena tergolong ikan ikan langka.

Selain itu Misool Eco Resort melakukan kesepakatan dengan penduduk adat di sekitarnya untuk menjaga ekosistem terpadu yang disebut No Take Zone. Mereka menyewa wilayah seluas 425 km persegi di sekitar pulau Batbitim untuk melarang eksploatasi pengambilan apapun dari laut, termasuk memancing ikan, berburu kerang, telur penyu, sirip ikan hiu dan lain lain.
Patroli yang disebut Ranger Patrol secara rutin berputar menjaga dengan kapal boat di wilayah yang luas itu.
Barangkali yang membuat resor ini berbeda adalah, bagaimana melibatkan penduduk adat sekitarnya untuk mendapatkan keuntungan dari pengelolaan resort. Sebagian besar pegawai berasal dari kampung Yellu, pulau terdekat. Menaikan taraf hidup dan pemasukan mereka tanpa harus merusak alam.
Ada sekitar 60 dive site di sekitar Misool Eco Resort yang umumnya bisa dicapai antara 10 menit sampai 1 jam dari dermaga. Termasuk Fiabacet, Boo, Magic Mountain, Yilliet, and Gorgonian Passage yang luar biasa indahnya. Ini diluar beberapa tempat yang masih dieksplorasi lagi.
Bahkan di bawah dermaga resort, begitu banyak ikan ikan, batfish, black / white tips shark yang masih kecil sampai sweetlips dan sniper. Yang paling utama kita bisa melihat atraksi school of jack – seperti di tulamben, Bali – yang selalu berada di sana. Berputar meliuk liuk mengucapkan selamat datang kepada para tamu. Tak bosan bosannya saya melakukan penyelaman di sini, karena penyelaman di dermaga bebas , di luar paket menyelam keluar pulau.

Memang karakteristik penyelaman di seputar Misool agak berbeda dengan daerah utara seperti di Kri misalnya. Disini – walau ada – tetapi tak mudah menemukan mahluk kecil untuk macro photography. Umumnya memang obyek obyek wide shoot photography. Terumbu karang yang terhampar bagai permadani dan hutan sea fans di sana sini. Tentu saja dengan jumlah ikan ikan beraneka ragam yang begitu banyak.

Ini memang konskuensi dari kehidupan terumbu karang yang relatif sehat dan subur, seperti adagium No Corals life No fish. Ya, terumbu karang adalah rumah bagi hayati bawah laut. Sumber plankton bagi makanan ikan. Jika mereka dihancurkan, sudah semestinya tak ada ikan yang tinggal di sana.

Tak ada pesona bawah laut seindah di sini. No questions. berharap tidak ada yang akan berubah di Misool sampai akhir jaman. Kehidupan ini terlalu berharga untuk dihancurkan dengan alasan modernisasi.
Save Misool Island For Indonesia. Tentu saja, hal ini akan membuat semua orang yang pernah mengunjungi Misool akan kembali ke sini. Someday. Somehow.











Alur transportasi menuju Misool : Bila menggunakan pesawat udara, lebih dulu menuju Kota Sorong Setelah itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut. Sarana yang tersedia adalah kapal cepat berkapasitas 10, 15 atau 30 orang. Dengan biaya sekitar Rp. 2-3 juta, Waisai dapat dijangkau dalam waktu 1,5 hingga 2 jam.

Minggu, 01 Desember 2013

Mari Kita Cegah HIV AIDS di Papua Mulai dari sekarang

       Seperti yang kita ketahui bersama, 1 Desember adalah Hari peringatan HIV-AIDS sedunia. mari kita sedikit menelisik peranan Panitia Pertemuan Pemangku Kepentingan untuk Percepatan Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di Tanah Papua guna menanggulangi masalah ini sampai pada akarnya sehingga kita bisa menyusun rencana aksi yang bisa menjawab permasalahan sekaligus menyentuh seluruh masyarakat sampai di kampung-kampung. sejak kasus pertama dilaporkan 18 tahun silam sebanyak tujuh kasus dan jumlah kasus HIV-AIDS di Papua saat ini sudah lebih dari empat ribu.

HIV, virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, kontan masuk jajaran salah satu pembunuh manusia terbesar sepanjang jaman. Maka tak heran ketika kalender menjejak tanggal Satu Desember-hari anti HIV/AIDS sedunia-, orang ramai-ramai turun ke jalan, membuat seminar hingga menggelar pertunjukan yang intinya menyerukan ajakan untuk meredam penyebaran virus maut ini.

Di Belanda sendiri peringatan hari anti HIV/AIDS sedunia itu sudah digeber sejak satu pekan sebelum tanggal Satu Desember. Dihentak lewat pagelaran Dance4Life yang kemudian disambung dengan berbagai acara khusus yang membahas HIV/AIDS. Puncaknya beberapa lokasi di Amsterdam dilaksanakan acara unjuk kepedulian terhadap penderita HIV/AIDS, serta upaya pencegahan maupun penanggulangan penyebaran HIV/AIDS. Kota-kota besar di Eropa juga diselenggarakan acara serupa. Aksi lain yang dilakukan berupa mengenakan pita merah tanda peduli. Bono, musisi terkenal U2 membuat himbauan via internet. Ia meminta perhatian atas wabah HIV/AIDS terutama di Afrika. AIDS di Belanda tahun 2006 membunuh 80 orang. Ini turun drastis dibanding akhir 90an yang menewaskan 444 orang.

Bagaimana dengan Papua? Menyikapi hal ini, yang terpenting yang bisa dilakukan adalah percepatan aksi pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS. Tiga hal yang bisa diterapkan: 
Pertama, Sadar diri akan Resiko HIV-AIDS khususnya pemuda yang jiwanya masih bebas dan ingin mengenal segala hal. Apalagi yang terkait langsung dan mempunyai potensi besar mengakibatkan terjangkitnya Virus HIV-AIDS. maka hindarilah sex bebas, penggunaan jarum suntik secara bergaitian dan pemasangan tatto dengan jarum yang tidak steril.
Kedua, memberikan penyuluhan tentang HIV-AIDS secara intens khususnya untuk daerah yang memiliki potensi besar berkembangnya Virus berbahaya ini, serta memberikan himbauan kepada yang tidak terjangkit agar tetap menjaga komunikasi sosial agar ODHA tidak merasa terkucilkan dan terasing.
Ketiga, mempertahankan dan menekan jumlah penderita HIV-AIDS dengan menjaga kedua 

"Informasi yang harus sampai ke masyarakat adalah pengetahuan tentang hidup sehat, upaya pencegahan penyakit menular termasuk HIV, gizi, rumah sehat, pendidikan dasar, dan ekonomi. Informasi harus disampaikan secara besar-besaran dan benar-benar sampai ke masyarakat.
Untuk itu, pengembangan program pendidikan yang disiarkan melalui media massa bisa di maksimalkan oleh instansi terkait.
Tujuan kegiatan ini adalah mempromosikan hasil-hasil penanggulangan AIDS, mensosialisasikan inovasi baru program penanggulangan AIDS yang berorientasi pada penanganan pada akar masalah dan pengintegrasian sistem pelayanan kesehatan masyarakat.

Senin, 25 November 2013

Membangun Papua Tak Cukup dengan IPTEK

Bicara soal Papua, adalah hal yang paling beda buat saya, tantangannya lebih besar, kenapa? yah, kalian tau sendiri lah.. Masalah disini Kompleks Bro.., Sadar kalau membangun Papua tidak cukup dengan mengandalkan kemampuan intelektual dan ilmu pengetahuan saja. Lebih dari itu, membangun Papua membutuhkan hati dan kemauan untuk mencintai rakyat Papua. Selain itu untuk membangun Papua, juga dibutuhkan kejujuran dan kemauan untuk hidup bersama dengan rakyat. Meski bukan segala-galanya, dana untuk membangun sangat dibutuhkan. Karena masalah dan persoalan di Papua jauh lebih besar dari besarnya dana yang masuk. Bahkan, banyak dana yang salah masuk kamar, mengendap dan terakumulasi menjadi gumpalan uang haram bagi mereka yang punya mata tapi tak bisa melihat saudara yang sedang merintih, meskipun sama-sama masyarakat asli Papua.

Sebagian besar dana itu melayang kembali keluar Papua, antara lain ke Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. siapa yang membawa?? yahh mereka itu lagi... membelanjakan Uang yang seharusnya untuk saudara. Nah.. Pola pikir seperti ini sangat Meracuni Kehidupan di Papua,, Dari mulai Elit Politik sampai Ke Kaum Tertindasnya. siapa yang menjamin mereka tak akan berontak apabila mereka berteriak namun tak didengar? sedangkan Negara sudah memberikan Lebih namun tetap saja terdengar suara-suara itu.

Selama ini Pembangunan di Papua dilakukan secara bertahap "katanya sih gitu" namun hal itu disebabkan dana anggaran yang selalu hilang entah kemana. sebutlah Pembangunan Jalan Trans Jayapura-Wamena sejak 1950-an hingga sekarang masih belum  selesai 100%. lantas bagaimana kita mau bangkit dan memajukan Papua jika Pemikirannya -pun masihn seperti itu? seakan kita minta kekayaan pada raja Iblis yang meminta tumbal keluarga atau orang yang kita cintai. Kita harus merubah cara pikir seperti ini untuk membuat paradigma baru dalam masyarakat, yaitu Masyarakat sebagai subyek pembangunan. maksudnya kita bangun masyarakat dulu untuk meningkatkan SDM dengan menanamkan nilai Pancasila dan Nasionalisme yang tinggi agar mereka paham akan arti Kepedulian Bangsa, dan dari sana mereka akan membangun wilayahnya tentunya dengan kepedulian mereka terhadap lingkungan.



Sudah saatnya Papua berubah untuk lebih baik dan menjadi daerah yang bisa bersaing dengan pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Kita bisa jika Kita Percaya, Kita Bisa jika Kita Berusaha, Kita Bisa jika kita tak putus asa.. buktikanlah para PEMUDA jika PAPUA BISA..!


Senin, 18 November 2013

Intrik Politik Papua

SISI LAIN TENTANG PEMAHAMAN NASIONALISME PAPUA

Papua, 16 September 2013. Adakah yang masih memikirkan tentang kebenaran pemahaman Nasionalisme serta hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik? Sementara situasi di Papua kembali menegangkan pasca mahasiswa/i yang katanya melakukan aksi damai di depan Universitas Cenderawasih, di Jayapura ditangkap. Mahasiswa/i mengadakan protes damai untuk mendesak pihak Uncen memberikan draf RUU Otsus Plus yang sedang digarap oleh pemerintah daerah dengan keterlibatan Universitas Cenderawasih. Gubernur Papua Lukas Enembe menyambut ajakan Presiden SBY yang memberikan kesempatan kepada Papua untuk mendesain secara komprehensif draf RUU Otsus Plus. Menggunakan momentum sisa masa tugas Presiden SBY, Gubernur menyambut insiatif Presiden SBY ini dengan memberdayakan Uncen yang pernah terlibat dalam pembuatan UU Otsus Papua. Sekalipun sudah disadari bahwa RUU Otsus Plus tidak ada dalam pengumuman Prolegnas DPR 2013, tetapi baik Gubernur dan Mendagri masing-masing telah mempersiapkan draf RUU tsb untuk meningkatkan kesejahteraan Rakyat Papua dan Kemajuan Papua dalam segi fisik.

Memperhatikan pengadaan RUU Otsus Plus yang dikemas Gubernur dan Mendagri bertemu pihak DPR di awal bulan Juli 2013, upaya ini sempat mendapat kritik dari masyarakat Papua karena dinilai tidak mewakili aspirasi bersama dan berakar pada mekanisme pengambilan suara yang dipraktekkan dalam masyarakat Papua. Keterlibatan Majelis Rakyat Papua dalam penyusunan draf RUU Otsus Plus juga dipertanyakan oleh masyarakat, mengingat MRP adalah wakil-wakil rakyat yang representasinya mewakili orang asli Papua menurut sukunya masing-masing. Namun jika kita feedback kembali, inilah kewajiban mereka dalam mengambil kebijakan demi kemajuan bersama.
Ilustrasi 
Penahanan mahasiswa/i telah mendorong pemimpin Gereja, Pdt Benny Giay dari Sinode Gereja Kingmi, Pares Wenda dari Persekutuan Gereja-Gereja Baptis memberikan keterangan pers sekaligus membangun kesatuan pandangan dalam masyarakat Papua terhadap perkembangan situasi politik di tanah Papua saat ini. Pdt Benny Giay menyayangkan peran UnCen sebagai lembaga pendidikan, penelitian dan pengajaran yang telah terlibat terlalu jauh pada persoalan perancangan UU Otsus Plus yang sebenarnya kewenangannya ada pada pemerintah daerah dengan membangun aspirasi dari masyarakat di seluruh Papua melalui mekanisme diskusi yang disiapkan oleh Panitia Khusus Perancangan UU Otsus Plus yang difasilitasi oleh Asisten Bidang Pemerintahan Pemerintah Daerah.

Padahal, apabila kita kaji kembali pernyataan dari Pdt Benny Giay diatas, pernyataan tersebut malah menjadi Boomerang untuk beliau sendiri. Justru Pemerintah Daerah dalam rangka membangun aspirasi dari masyarakat di seluruh Papua melalui mekanisme diskusi yang disiapkan oleh Panitia Khusus Perancangan UU Otsus Plus yang difasilitasi oleh Asisten Bidang Pemerintahan Pemerintah Daerah. maka disitulah Pemda juga menyertakan pihak Uncen selaku Pemuda yang secara notabene adalah penerus bangsa agar ikut menyumbangkan aspirasi demi kemajuan bersama. disamping itu Pemda juga menghadirkan pihak-pihak terkait sesuai fungsi masing-masing.

Menarik memperhatikan tanggapan beberapa Media Online yang menilai tentang pelaksanaan konferensi press yang dilakukan oleh Pdt. Benny Giay dianggap sebagai tanda penolakan terhadap percepatan pembangunan di tanah Papua. Anggapan dari kelompok masyarakat ini justru bertolak belakang dengan kenyataan tentang tujuan dari pelaksanaan RUU Otsus Plus adalah menjaminkan tentang pencalonan kepala daerah di Propinsi Papua dan Papua Barat harus berasal dari anak Papua. Selain itu, RUU ini juga memberikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah untuk terlibat langsung memperoleh dana pajak yang diserahkan oleh PT Freeport tanpa melalui pengelolaan pemerintah pusat.

Dengan pengalaman sebagai seorang Pendeta yang melihat secara jeli penderitaan orang asli Papua, Pdt. Benny Giay tentu saja berani bertanya tentang dampak dari perancangan UU Otsus Khusus ini sebenarnya untuk siapakah? Pengalaman selama hampir 12 tahun sejak UU Otsus Papua diturunkan, perubahan secara ekonomi yang mengantarkan orang asli Papua menjadi pelaku ekonomi di tanah sendiri belum terlihat dengan merata. Beban masyarakat bersama saat ini adalah kemiskinan dan rendahnya SDM di Papua dalam mengelola Papua tidak bisa dipungkiri sebagai bagian dari ketidak matangan antara produk UU Otsus yang dihasilkan dengan mekanisme pembangunan yang profesional tanpa terjadinya penyalahgunaan fasilitas negara untuk kepentingan sendiri, maupun korupsi yang menjamur pada berbagai birokrasi di Papua.

Saya tidak terlalu mengenal Pdt Benny Giay, kecuali membaca disertasinya yang berjudul Zakheus Pakage and His Communities (1995), Tetapi sekarang, Sebagai orang Papua, dengan kapasitas melakukan penelitian melintasi ruang dan disiplin sosiologi dan antropologi untuk mengerti bagaimana orang Papua berpikir, Pdt Benny Giay dengan cara pemikirannya berbeda dari pemerintah atau kelompok elite lain di dalam lapisan struktur sosial di sana, saya menilai bahwa sebesar apapun hak kita untuk menyetir Pemerintah Daerah, kita harus melihat dari segi Kewajiban kita sebagai masyarakat madani harus mendukung kebijakan dan usaha pemerintah untuk memajukan Provinsi Papua secara sistematis maupun fisik.Sedangkan demi menggapai tujuan pembangunan suatu daerah, itu tidak terlepas dari bagaimana peranan lapisan masyarakat dalam mendukung program Pemerintah Daerah yang juga ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat Papua sendiri.

Danau Sentani

Hai guys,. sudah pernah liburan ke Papua belum? keindahan alamnya yang tak pernah habis dibahas dan kekayaan budayanya yang penuh nilai history, pasti akan menjadi pengalaman yang luar biasa. Rasanya Kurang lengkap apabila belum mengunjungi Danau Sentani yang terletak di kabupaten Jayapura. Danau Sentani adalah danau yang terletak di Papua Indonesia. Danau Sentani berada di bawah lereng Pegunungan Cagar Alam Cycloops yang memiliki luas sekitar 245.000 hektar. Danau ini terbentang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua. Danau Sentani yang memiliki luas sekitar 9.360 hektar dan berada pada ketinggian 75 mdpl. Danau Sentani merupakan danau terbesar di Papua.
danau sentani

Di danau ini juga terdapat 21 buah pulau kecil menghiasi danau yang indah ini. Arti kata Sentani berarti "di sini kami tinggal dengan damai”. Nama Sentani sendiri pertama kali disebut oleh seorang Pendeta Kristen BL Bin ketika melaksanakan misionaris di wilayah danau ini pada tahun 1898.

Danau ini sudah dikelola menjadi objek wisata karena berjarak 50 kilometer dari Jayapura dan mudah dijangkau, sebagai pelengkap di danau ini sudah banyak terdapat perahu wisata untuk berkeliling di danau sentani.

danau sentani
Di danau ini juga diadakan Festival Danau Sentani untuk menarik wisatawan. Festival Danau Sentani biasanya diadakan pada pertengahan bulan Juni tiap tahun, FDS sendiri telah ditetapkan sebagai festival tahunan dan masuk dalam kalendar pariwisata utama. Festival ini diisi dengan tarian-tarian adat di atas perahu, tarian perang khas Papua, upacara adat seperti penobatan Ondoafi, dan sajian berbagai kuliner khas Papua.

Di danau ini terdapat 30 spesies ikan air tawar dan empat di antaranya merupakan endemik danau sentani yaitu ikan gabus danau sentani (Oxyeleotris heterodon), Ikan Pelangi Sentani (Chilatherina sentaniensis), Ikan Pelangi Merah(Glossolepis incisus) dan Hiu gergaji (Pristis microdon). Danau Sentani kaya akan beragam biota laut dan sudah dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar. Danau Sentani juga dijadikan lokasi wisata untuk berenang, bersampan, menyelam, memancing, ski air serta wisata kuliner. Diantara ketiga ikan endemik danau sentani yang populasinya semakin menyusut adalah ikan gabus danau sentani,hal ini dikarenakan telur ikan ini dimakan oleh ikan gabus dari jenis yang lain.

Inilah Papua, dengan Seribu Keindahannya

The Art Of Papua

Masih tentang Papua, namanya juga Papua memang Pulau yang tak ada matinya. mari kita mulai Oprek satu-satu... mulai dari satwanya.

1. Burung Cendrawasih.

Burung ini merupakan satwa asli pulau Papua, burung ini juga menjadi simbol kebanggaan Papua sehingga dijuluki "Burung Emas", keindahan satwa ini terlihat pada bulunya yang berwarna-warni, yang di dominasi dg Kuning pada ekornya dan cokelat pada perut dan dadanya, sedikit warna hijau mengkilat, menambah eksotisme kecantikan burung ini dan membuatnya terlihat indah.
Burung Cenderawaasih

Burung Cenderawasih

2.  Raja Ampat.
 
Tentunya tidak asing lagi ditelinga kita masyarakat Indonesia, tempat wisata ini merupakan salah satu kekayaan alam negeri Indonesia, dan mungkin salah satu tempat terindah di Indonesia dan di dunia, Raja Ampat memiliki pesona alam yang berada di laut dan keindahan alam bawah lautnya. satu kata untukmu.. "Sempurna".
Raja Ampat Papua Indonesia

Raja Ampat Papua Indonesia
 3. Rumah Honai
Rumah ini merupakan rumah asli masyarakat tradisional Papua Indonesia, berbentuk atap seperti payung yang terbuat dari jerami. dan memiliki nilai estetika yang tinggi serta nilai sejarah yang kuat.
Honay

Honay
4. Papeda
Makanan ini merupakan makanan tradisional asli Papua, terbuat dari bahan dasar sagu yang diolah menjadi makanan pokok pengganti nasi bagi masyarakat papua.
Papeda

Papeda

Sagu
5. Alat musik Tifa
Alat musik ini terbuat dari bahan dasar kayu yang di buat dengan corak yang khas dan kulit buaya, alat musik ini sering digunakan pada saat upacara-upacara adat di Papua.

Tifa

Tifa dalam Upacara adat dan perayaan
 6.Upacara bakar batu.

Upacara ini biasanya dilakukan rakyat papua untuk menguatkan tali ikatan silaturahmi antar rakyat papua, dan biasanya dilakukan dengan makan bersama.
Bakar Batu
7. Hutan Papua

Hutan Papua merupakan salah satu Hutan paling lebat dan terbesar setelah hutan Amazon, di dalam hutan tersebut banyak sekali satwa yang beraneka ragam, dan bahkan satwa purba pun ada.
hutan Papua

hutan Papua
Hiu Gergaji
8.Hiu gergaji (Pristis microdon)

hiu gergaji adalah jenis ikan yang hidup di Danau Sentani. Hiu gergaji juga populer dengan nama pari atau hiu sentani karena memang endemik di Danau Sentani, Papua. Orang barat menyebutnya Largetooth Jawfish yang berarti ikan hiu bergigi besar. Ikan ini termasuk ikan air tawar dan berkembak biak dengan cara ovovivipar.


Walaupun penampilan hiu gergaji cukup mengerikan, namun bukan berarti ikan ini menjadi penguasa di Danau Sentani. Fakta di lapangan menunjukkan populasi anggota famili Pristidae yang bernama Latin Pristis Microdon ini terus menyusut. Ikan yang menyebar di Australia, India, Papua Nugini, Afrika Selatan dan Thailand ini tergolong penghuni air tawar dan menyukai daerah tropis. Biasanya mereka hidup di danau-danau besar, sungai besar atau rawa-rawa tertentu. Di Indonesia ikan hiu gergaji terdapat di Sungai Digul, Sungai Mahakam (Kalimantan), Sungai Siak dan Sungai Sepih.

Ikan ini senang memangsa ikan-ikan berukuran sedang atau yang berbadan lebih kecil. Ukuran tubuh hiu gergaji sendiri lumayan besar, mampu mencapai 6,6 meter. Mulutnya yang diselimuti gerigi tajam cukup ampuh untuk melumpuhkan mangsanya dalam sekejap mata. Padahal menurut beberapa ahli, pandangan mata hiu gergaji tidak terlalu baik, bahkan cenderung buram. Mereka lebih mengandalkan daya penciumannya yang lumayan tajam.
hiu gergaji
Ikan ini mempunyai 14 hingga 22 gigi gergaji di setiap sisi, dimana digunakan sebagai alat mencari makanan, dan juga alat pertahanan terhadap musuhnya. Tubuhnya tergolong ramping dibandingkan dengan hiu sejenis. Ini menyebabkan mereka bisa berenang dengan kecepatan di atas rata-rata dan dengan mudah melesat mengejar mangsa. Tubuh hiu jenis ini berwarna hitam keabu-abuan. Bagian bawah tubuhnya berwarna lebih pucat atau keputih-putihan. Warna tubuhnya cukup beragam, tergantung di mana habitat mereka.

Walaupun penampilan hiu gergaji cukup mengerikan, namun bukan berarti ikan ini menjadi penguasa di Danau Sentani. Fakta di lapangan menunjukkan populasi anggota famili Pristidae yang bernama Latin Pristis microdon ini terus menyusut. Ikan yang menyebar di Australia, India, Papua Nugini, Afrika Selatan dan Thailand ini tergolong penghuni air tawar dan menyukai daerah tropis. Biasanya mereka hidup di danau-danau besar, sungai besar atau rawa-rawa tertentu. Di Indonesia ikan hiu gergaji terdapat di Sungai Digul, Sungai Mahakam (Kalimantan), Sungai Siak dan Sungai Sepih.

Ikan ini mulai sulit dijumpai karena itu ia masuk dalam daftar merah IUCN, yakni daftar spesies yang dilindungi karena sudah terancam punah. Populasi ikan ini makin berkurang akibat kian kecilnya habitat hidup mereka seiring makin bertambahnya populasi manusia. Di samping itu, mereka kerap diburu oleh pa ra kolektor ikan secara tidak bertanggung jawab. Bahkan penduduk setempat masih sering menangkapnya karena dianggap sebagai predator ikan-ikan lain.


Itulah keajaiban Papua yang tak dimiliki oleh daearah lain.. dan inilah yang membuat "Tong bangga jadi Papua".

Kamis, 14 November 2013

Gubernur Nilai Kelompok yang Menolak ‘Otsus Plus’ Tak Mewakili Aspirasi Masyarakat Papua

aktivis GEMPAR dalam demo

Senin (4/11/2013) aksi penolakan Otsus Papua kembali terjadi. Ratusan orang melakukan longmarch dari depan Kampus Uncen Perumnas III menuju Kantor Gubernur Papua. Aksi demo damai ini mengusung aspirasi menolak Otsus Plus, atau Undang – Undang Pemerintah Provinsi Papua.
Massa terdiri dari unsur pemuda, mahasiswa dan rakyat Papua yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa, Pemuda dan Rakyat (GEMPAR) Papua.
“Stop tipu kami lagi dengan Otsus Plus Papua”, “Rakyat Papua tolak Otsus Plus Papua”, “Gubernur bunuh rakyat Papua dan Otsus Plus”. Demikian antara lain sejumlah phamflet dan spanduk yang dibawa massa pendemo. Meski  diguyur  hujan, tak menyurutkan niat para massa pendemo  berjalan kaki. Akibat  longmarch ini sempat membuat kemacetan  panjang dari arah Abepura ke Jayapura, begitupun sebaliknya. Aksi longmarch ini dikawal ketat aparat kepolisian dari Polresta Jayapura dipimpin langsung Kapolresta Jayapura AKBP Alfred Papare, S.I.K., didampingi Wakapolres AKP Kiki Kurnia.
Ketua BEM STIKOM, Daniel Kosama saat menyampaikan orasinya di depan Kantor Gubernur Papua mengatakan, “Kami meminta dengan tegas kepada gubernur Papua untuk segera menghentikan pembahasan Otonomi Khusus (Otsus) Plus karena Otsus yang sebelumnya sudah dianggap gagal oleh rakyat Papua dan belum ada evaluasi terhadap Otsus sebelumnya.”
Dikatakan, selama 12 tahun perjalanan dari Otsus itu tidak ada yang mengembirakan dan juga tidak perlu dibanggakan, karena dengan adanya Otsus malah orang asli Papua (OAP) semakin termarginalkan di atas tanah leluhurnya sendiri.
Hal senada disampaikan  perwakilan perempuan Papua, Selfy Yeimo, Ketua BEM STIE Port Numbay, Mambri Rumrawer dan Koordinator GEMPAR yang juga selaku Penanggung Jawab aksi demo Yason Ngelia dalam orasi mereka.
Tak Mewakili Aspirasi Masyarakat Papua
Setelah menunggu beberapa saat di halaman Kantor Gubernur, 10 orang perwakilan pengunjuk rasa diterima untuk bertemu Gubernur Papua, Lukas Enembe. Mereka adalah perwakilan dari Ketua – Ketua BEM baik dari PTN maupun PTS di Kota Jayapura.Setelah menyampaikan aspirasi, para pendemo itupun bubar dengan tertib.
Usai pertemuan dengan 10 perwakilan itu, Gubernur Papua Lukas Enembe kepada pers mengatakan, aspirasi dari pemuda dan mahasiswa yang disampaikan kepada pihaknya itu bukan seluruh masyarakat yang ada di atas Tanah Papua.
“Jadi, aspirasi dari pemuda dan mahasiswa yang disampaikan kepada kami…yang menyatakan bahwa seluruh komponen rakyat Papua menolak Otsus Plus itu bukanlah aspirasi dari seluruh masyarakat yang ada diatas tanah Papua. Tetapi ini hanya pernyataan dari segelintir orang saja. Kita bisa lihat massa yang datang kesini jumlahnya kecil, yakni hanya ratusan orang saja dan tak sampai 1000 orang. Lagian yang datang lakukan demo itu sebagian besar adalah mahasiswa bukan seluruh rakyat Papua,” ungkap Gubernur.
“Demo ini hanya dilakukan oleh segelintir orang saja. Kemungkinan ini hanya kesalapahaman di internal kampus. Karena wacana untuk adanya Otsus Plus ini bukan dilahirkan oleh saya. Tetapi ini murni dilahirkan atas keinginan dari kalangan kampus dalam hal ini lembaga Uncen,” jelasnya lagi.
Dikatakan Gubernur, setelah melakukan berbagai macam kajian dan seminar tentang perjalanan Otsus selama 12 tahun oleh Uncen. Dan, berangkat dari kajian itu dilakukan sebuah renungan yang panjang. Kemudian dari hasil renungan itu membuahkan Otsus Plus selanjutnya hasil kajian akan disampaikan pada Pemerintah RI dalam hal ini Presiden SBY.
“Meskipun aspirasi ini tidak mewakili seluruh komponen rakyat, akan tetapi aspirasinya tetap kami terima dan akan kami bahas di tim asistensi antara DPR Papua, DPR Papua Barat, MRP, MRPB, Gubernur Papua maupun Gubernur Papua Barat, dikarenakan hal ini merupakan persoalan bersama yakni menyangkut persoalan diseluruh Tanah Papua,” tukasnya.

Selasa, 12 November 2013

ADA APA DENGAN MAHASISWA?

Memang, tidak pernah ada habisnya jika kita membahas tentang politik, tapi bukan berarti juga gara-gara politik kita melupakan tugas dan kewajiban kita sebagai pemuda tunas bangsa yang menjadi harapan dan masa depan bangsa,. pada kesempatan kali ini saya ingin mengulas sedikit tentang masalah yang terjadi di Universitas Ternama di Papua Indonesia.

Auditorium Uncen
Siapa yang tak kenal dengan Universitas Cenderawasih? lembaga pendidikan lanjutan dengan segudang prestasi yang telah diraih dan turut mengharumkan nama Papua bahkan telah mencetak pemimpin-pemimpin yang berdedikasi di wilayah Papua. Semua itu akan terwujud ketika setiap mahasiswa memiliki cita-cita yang luhur dan berjiwa pancasila. 

Pendemo di depan auditorium Uncen
Memang wajar apabila mahasiswa menggelar demo untuk menyampaikan aspirasi, namun tidak wajar apabila mahasiswa berdemo tanpa dasar yang tidak beralasan dan bertolak belakang dengan aturan dan tata tertib yang berlaku seperti demo yang terjadi di Uncen tanggal 8 September 2013 , apalagi jika seorang Mahasiswa Fakultas Hukum sekaligus merangkap sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum (BEM-FH) mengemukakan sikap yang tidak mencerminkan seorang Mahasiswa Hukum yang secara notabene adalah "orang yang ahli Hukum dan mengetahui tentang aturan-aturan hukum"
Amsal Sama Ketua BEM FH Uncen
Amsal menegaskan bahwa dia tidak terima atas penangkapan Aktivis Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Peduli Rakyat  (GEMPAR) karena dinilai tidak menghormati mahasiswa, dan para aktivis akan terus melakukan demo hingga masalah ini benar-benar selesai. 

Hal ini jelas bertolak belakang dengan aturan hukum yang telah tercantum dalam UU yang sempat di jelaskan oleh Kabidhumas Polda Papua, AKBP Sulistyo Pudjo H, SIK bahwa permasalahan sebenarnya adalah pendemo berusaha menggagalkan jalannya acara seminar dan pameran sehingga mereka di amankan dan mereka dijerat dengan pasal 335 KUHP yang menjelaskan tentang adanya kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa seseorang  berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu atau dengan perbuatan tidak menyenangkan. Karena itu pihak Kepolisian mengamankan 16 orang demonstran untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Senin, 11 November 2013

HARI DIMANA PAHLAWAN KITA BERTERIAK MENGAJAK UNTUK BANGKIT

HARI DIMANA PAHLAWAN KITA BERTERIAK MENGAJAK UNTUK BANGKIT



10 November - Hari Pahlawan. Merupakan hari yang penting dan bersejarah bagi Indonesia. Hari mengenang para Pahlawan yang mendahului kita yang mana mereka merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Semoga para generasi muda tetap mengisinya dengan belajar dengan giat dan terus berusaha meneruskan cita-cita para pahlawan kita.
Hari pahlawan tidak hanya pada 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Artinya, kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing-masing. Kita bertanya pada diri sendiri apakah kita rela mengorbankan diri untuk mengembangkan diri dalam bidang kita masing-masing dan mencetak prestasi dengan cara yang adil, pantas dan wajar. Itulah yang seharusnya disebut sebagai pahlawan sekarang, bukan perang melawan penjajah lagi tetapi perang melawan kebodohan, kemiskinan dan kesengsaraan. Sehingga tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Saat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, rakyat telah mengorbankan nyawanya. Kita wajib menundukkan kepala untuk mengenang jasa-jasa mereka. Karena itulah kita merayakan Hari Pahlawan setiap 10 November.
Mungkin, banyak yang melupakan jasa Pahlawan Nasional dari tanah Papua, untuk sedikit mengenang jasa beliau, mari kita kenalan dengan Para Pahlawan Nasional asal dari Papua diantaranya adalah :

1.Frans Kaisepo yang telah berjuang sejak masa-masa kemerdekaan RI. Tindakannya yang sangat teguh menyatakan bahwa Papua merupakan bagian dari Nusantara Indonesia, menjadikan dirinya “dipinggirkan” oleh pemerintah Belanda karena hingga setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pemerintah Belanda masih bersikukuh menjadikan Papua sebagai wilayah koloninya.
Hingga pada suatu ketika di tahun 1946, Frans Kaisiepo dengan lantang mengatakan “Irian (Papua) itu merupakan bagian dari Indonesia.”
Frans Kaisiepo lahri di Wardo, Biak, 10 Oktober 1921. Pada usia 24 tahun, ia mengikuti Kursus Bestuur(Pamong Praja) di Hollandia (Jayapura) yang salah stau pengajarnya adalah Soegoro Atmoprasodjo yang merupakan mantan guru Taman Siswa (yogyakarta).
Sejak pertemuannya dengan Soegoro Atmoprasodjo, jiwa kebangsaan Frans semakin bertumbuh dan kian berjuang keras untuk menyatukan Irian (Papua) kedalam NKRI. Ketika umurnya 25 tahun, Frans menggagas berdirinya Partai Indonesia Merdeka (PIM) di Biak. Selain itu, pada usianya yang ke-25 tersebut, Frans menjadi anggota delegasi Papua (Nederlands Nieuw Guinea) yang kala itu membahas tentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) dalam Republik Indonesia Serikat (RIS), dimana pada saat itu Belanda memasukkan Papua dalam NIT.
Di hadapan konferensi, Frans Kaisiepo memperkenalkan nama “Irian” sebagai pengganti nama “Nederlands Nieuw Guinea”, yang secara historis dan politik merupakan bagian integral dari Nusantara Indonesia (Hindia-Belanda). Jelaslah pernyataan Frans serta merta ditolak oleh Belanda dan sejak saat itu pula Frans dipinggirkan oleh Belanda. Selain itu, ia juga dijauhkan dari segala agenda pembicaraan mengenai Papua yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Pada 1940-an, Frans Kaisiepo pernah menjadi Kepala Distrik d Warsa, Biak Utara dan menjelang dekade 1940an, ia sempat mengusulkan diri agar Irian (Papua) masuk ke dalam wilayah Karesidenan Sulawesi Utara. Beberapa waktu setelah pengusulan itu, ia dipenjara dan diasingkan oleh Belanda. Kemudian tahun 1961, Frans mendirikan Partai Politik Irian yang bersikap lantang menuntut penyatuan segera Irian (Papua) ke dalam NKRI.

2.Silas Papare berjuang membebaskan untuk menyatukannya dengan Republik Indonesia. Berbagai usaha dilakukannya seperti, pemberontakan, mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII), serta Badan Perjuangan Irian. Perjuangannya akhirnya membuahkan hasil, Irian Barat merdeka dan menyatu kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Pria kelahiran Serui, Irian Jaya, 18 Desember 1918 ini merupakan orang yang berjiwa kebangsaan Indonesia yang sangat tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan dari sekolah setingkat sekolah dasar dan dari sekolah juru rawat, Silas kemudian menjadi Pegawai Pemerintah Belanda. Namun karena jiwa ke-Indonesia-annya yang begitu tinggi, maka begitu ia mendengar bahwa Indonesia telah merdeka, ia pun langsung mengadakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Pada bulan Desember 1945, bersama teman-temannya berusaha mempengaruhi pemuda-pemuda di Irian Barat yang tergabung dalam Batalyon Papua agar melancarkan pemberontakan. Rencana itu gagal karena telah bocor duluan. Ia kemudian ditangkap dan dipenjarakan di Jaya Pura. Setelah bebas, pemberontakan kedua pun direncanakan kembali. Namun lagi-lagi gagal karena keburu bocor. Ia pun kembali ditangkap dan dipindahkan ke Serui. Di Serui inilah ia kebetulan bertemu dan berkenalan dengan Dr.Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi yang diasingkan Belanda dari Sulawesi yang kembali dikuasai Belanda setelah proklamasi kemerdekaan.
Selanjutnya pada bulan Nopember 1946, ia mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII). Karenanya, ia kembali ditangkap pemerintah Belanda dan memindahkannya ke Biak. Dari Biak, tanpa sepengetahuan Belanda, ia melarikan diri ke Yogyakarta. Dan pada bulan Oktober 1949, ia kemudian membentuk Badan Perjuangan Irian yang bertujuan untuk membantu pemerintah Indonesia membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda sekaligus menyatukannya dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di pihak lain, Belanda tetap berupaya mempertahankan Irian Barat sebagai daerah kekuasaannya. Akhirnya pemerintah Indonesia sampai pada kesimpulan untuk merebut Irian Barat walau dengan cara kekuatan senjata sekalipun.
Silas Papare yang memang sangat menginginkan cepatnya berakhir penguasaan Belanda di tanah leluhurnya itu dengan cepat mengambil bagian dalam rencana pemerintah RI tersebut. Bahkan rupanya jauh-jauh hari, Silas malah sudah mempersiapkan diri akan perang terbuka ini dengan membentuk Kompi Irian di lingkungan Mabes Angkatan Darat.
Namun pada saat akhir-akhir hendak meletusnya perang terbuka tersebut, Belanda akhirnya bersedia berunding. Penandatangan persetujuan pun resmi di lakukan oleh keduabelah pihak pada tanggal 15 Agustus 1962. Dalam penantanganan Persetujuan New York itu, Silas Papare ikut terlibat sebagai anggota delegasi RI.
Tanggal 1 Mei 1963, Irian Barat pun resmi menjadi wilayah Republik Indonesia. Hal sesuai dengan isi persetujuan New York tersebut. Nama Irian Barat pun kemudian diganti menjadi Irian Jaya.
Walau masa hidup Silas Papare lebih banyak terkuras pada usaha pembebasan negerinya, namun semua jerih payahnya itu terasa terbayar sudah. Tanggal 7 Maret 1978, Silas baru kemudian meninggal dunia di tanah kelahirannya Serui.

3.Marthen Indey dilahirkan di Doromena, Jayapura pada tanggal 16 Maret 1912. Sebelumnya, pria yang akrab disapa Marthen ini merupakan polisi Belanda yang kemudian berbalik mendukung Indonesia setelah bertemu dengan beberapa tahanan politik yang diasingkan di Digul, salah satunya adalah Sugoro Atmoprasojo. Saat itu, ia bertugas untuk menjaga para tahanan politik yang secara tidak langsung berhasil menumbuhkan jiwa nasionalismenya dalam pertempuran melawan penjajah.
Jiwa nasionalisme Marthen memang tumbuh sangat kuat, namun beberapa upaya yang direncanakan olehnya dan puluhan anak buahnya dalam menangkap aparat pemerintah Belanda berulang kali gagal. Perjuangan Marthen dalam membela tanah kelahirannya sempat gagal beberapa kali, namun hal itu tidak menyurutkan niat dan semangat juang pria lulusan Sekolah Polisi di Sukabumi, Jawa Barat ini menyerah dan tunduk pada musuh begitu saja.
Pada tahun 1944, sekembalinya dari pengungsian di Australia selama tiga tahun, Marthen ditunjuk sekutu untuk melatih anggota Batalyon Papua yang nantinya akan difungsikan sebagai tentara pelawan Jepang. Setahun berikutnya, ia diangkat sebagai Kepala Distrik Arso Yamai dan Waris selama dua tahun. Dalam tahun-tahun tersebut Marthen tak hanya tinggal diam, namun ia melakukan kontak terhadap mantan para pejuang Indonesia yang pernah ditahan di Digul. Dalam kontak tersebut, mereka merencanakan suatu pemberontakan untuk mengusir Belanda dari tanah Cendrawasih. Namun, usaha mereka gagal begitu Belanda mencium gelagat Marthen dan rencana mereka batal diekskusi.
Di tahun ia merangkap menjadi Kepala Distrik Arso Yamai dan Waris, tepatnya pada tahun 1946, Marthen bergabung dengan sebuah organisasi politik bernama Komite Indonesia Merdeka (KIM) yang kemudian dikenal dengan sebutan Partai Indonesia Merdeka (PIM). Saat menjabat sebagai ketua, Marthen dan beberapa kepala suku yang ada di Papua menyampaikan protesnya terhadap pemerintahan Belanda yang berencana memisahkan wilayah Irian Barat dari wilayah kesatuan Indonesia. Mengetahui pihaknya membelot, Belanda menangkap Marthen dan membuinya selama tiga tahun di hulu Digul karena pasukan Belanda merasa dikhianati oleh aksinya tersebut.
Belum berhasil merebut Irian Barat untuk disatukan kembali dengan wilayah kesatuan Indonesia, pada tahun 1962 Marthen bergerilya untuk menyelamatkan anggota RPKAD yang didaratkan di Papua selama masa Tri Komando Rakyat (Trikora). Di tahun yang sama, Marthen menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi mengenai keinginan kuat penduduk Papua untuk tetap setia pada wilayah kesatuan Indonesia. Berkat piagam tersebut, Marthen dikirim ke New York untuk melakukan perundingan dengan utusan Belanda tentang pengembalian Irian Barat yang selama ini berada di bawah pemerintahan sementara PBB ke dalam wilayah kesatuan Indonesia.
Akhirnya, dalam perundingan tersebut, Irian Barat resmi bergabung dengan wilayah kesatuan Indonesia dan berganti nama menjadi Irian Jaya. Berkat jasanya, Marthen diangkat sebagai anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) sejak tahun 1963 hingga 1968. Tak hanya itu, ia juga diangkat sebagai kontrolir diperbantukan pada Residen Jayapura dan berpangkat Mayor Tituler selama dua puluh tahun.
Marthen meninggal pada usia 74 tahun tepatnya pada tanggal 17 Juli 1986. Berkat jasanya terhadap negara, Marthen mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 14 September 1993.
 



Bagaimana jadinya sebuah negara tanpa pahlawan. akankah indonesia mampu untuk merdeka tanpa adanya pahlawan?, jika sebuah negeri tak memiliki tokoh seperti pahlawan maka negeri itu adalah negeri yang miskin dari harga diri. dan bahkan tergolong negeri kelas teri.
Pahlawan telah memberikan kita inspirasi untuk tetap berjuang membela negeri dan tanah air. tanggal 10 november adalah hari pahlawan, bangkitlah wahai pemuda tularkan semangat para pahlawan pada dirimu untuk tetap berjuang. sampai dengan hari ini ibu pertiwi masih menangis dan bersedih.
siapakah yang sebenarnya menjadi musuh bangsa ini? Musuh besar kita tak lain dan tak bukan adalah korupsi, kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Itulah sejumlah masalah utama yang dihadapi negeri ini sekarang.
jadi pantaskah indonesia hari ini disebut sebagai negara yang merdeka? korupsi semakin merajalela, seolah-olah para penguasa negeri ini berlomba-lomba mengais uang rakyat. Jumlah orang miskin juga seperti tak ada habis-habisnya, padahal sudah banyak sekali pembangunan dilakukan dimana-mana. apakah pemerintah sudah tidak peduli lagi dengan rakyat miskin?
Memperingati Hari Pahlawan merupakan saat yang tepat untuk mengevaluasi ulang pemahaman kita akan arti pahlawan. Jika tidak, ia hanya akan menjadi seremoni tampa makna, tak membuat perubahan apa pun bagi negara. Negara seperti dibiarkan berjalan menuju bibir jurang.
Menghadapi situasi seperti sekarang kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Dalam konteks ini kita dapat mengisi makna Hari Pahlawan yang kita peringati setiap tahun pada 10 November, termasuk pada hari ini. Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai, Indonesia yang adil dan demokratis, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
wahai pemuda, negeri ini menunggu kiprahmu untuk menjadi seorang pahlawan.

 
Design by Muhai Tabuni | Bloggerized by Muhay Tabuni - Pemuda Papua Blogger Themes | Muda Merdeka Papua Indonesia management