widget

Kamis, 12 Juni 2014

NETRALITAS MEDIA PERLU DIPERTANYAKAN


Salah satu Tweet yang mengecam stasiun TV


TNI yang lagi santer-santernya digembar-digemborkan mendukung salah satu calon presiden ternyata tidak terbukti setelah Bawaslu (Badan Pengawas pemilu) melakukan penyelidikan. POLRI yang dalam hal ini salah satu pejabatnya bertemu dengan salah seorang anggota partai pun menjadi berita selanjutnya sebagai bukti aparat tidak netral.

Media massa sekarang ini sedang giat-giatnya menabuh gendang nyanyian lagu pemilu. Sebagai nada yang cukup asik didengar ialah bukti-bukti netralitas TNI POLRI yang dipertanyakan. Para pejabat dan petinggi institusi menjadi incaran sumber berita. Sedikit saja para anggota institusi ini salah melangkah pasti akan menjadi headline sebuah media.
Media massa yang kita harapkan menambah wawasan kita dan membuat kita lebih cerdas untuk memilih calon presiden sekarang sedikit tidak dapat diandalkan. Entah pengaruh iklan, pemilik media sendiri atau mungkin tim sukses yang berhasil membeli media.

Media massa juga turut membangun bangsa Indonesia dalam hal pemberitaan dan sumber informasi bagi masyarakat. Tanpa berita dan informasi bisa jadi Indonesia dengan mudah dijajah kembali oleh bangsa asing. Kekuatan informasi melebihi dari kekuatan suatu persenjataan pasukan tempur suatu negara. Dan dapat menjadi suatu pengganggu keamanan yang sangat meresahkan apabila disalahgunakan.

Media massa seharusnya netral juga seperti TNI dan POLRI karena bagian dari bangsa Indonesia. Sebagian komponen bangsa ini sangat menentukan bagaimana bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju,aman dan sejahtera ke depan. Siapapun calon presiden yang akan terpilih nanti, tidak akan mempengaruhi terhadap  tugas pokok TNI dan POLRI. Karena TNI dan POLRI sesuai peraturan yang ada sudah tidak berpolitik praktis. Apabila ada anggota institusi tersebut ingin berpolitik harus segera menanggalkan statusnya sebagai anggota TNI atau POLRI.

Media massa juga harus menjadi media yang mencerdaskan masyarakat, yang tidak saling menghitamkan suatu calon presiden, yang mengakibatkan masyarakat akan melihat para calon presiden nanti tidak ada yang layak menjadi presiden Indonesia. Hal ini akan mencederai semangat demokrasi pancasila yang telah diwariskan oleh para pejuang demokrasi. Para calon presiden dan wakilnya tersebut sudah menjadi hasil dari demokrasi kita saat Pileg kemarin dan saat ini kita harus menentukan siapa dari kedua pasang calon tersebut yang paling pantas menjadi presiden Indonesia untuk 5 tahun ke depan.

Media massa sebagai sumber referensi kita melihat keunggulan masing masing calon presiden dan wakil presiden. Dengan informasi yang diberitakan diharapkan masyarakat akan lebih bijak untuk menyikapi pemberitaan yang dimuat di media dan masyarakat dapat mengetahui latar belakang dan profil calon presiden. Sehingga rakyat Indonesia tidak salah menjatuhkan pilihan. Karena apabila salah memilih maka kita akan menanggungnya selama 5 tahun ke depan. Mari bersama sukseskan pemilu 2014 dengan cara yang fairplay dan cerdas.

Pemilu untuk Indonesia maju!!!
                                                                                                                                       Red*MuhaiTabuni

Jikalah Engkau Tau tentang Papuaku



Dengan tidak bermaksud mengurangi rasa hormat terhadap nyawa manusia, saya mengucapkan selamat kepada aparat TNI dan Polri yang bertugas di Papua. Setidaknya dalam seminggu ini aparat berhasil menumpas dua gembong kriminal yang selama ini selalu mengganggu dan meneror masyarakat Papua.


Pertama adalah Timika Wonda, salah satu komandan OPM yang sering beroperasi di wilayah Tingginambut, Puncak Jaya, Papua. Timika Wonda merupakan orang kepercayaan Panglima TPN OPM Goliath Tabuni, pimpinan organisasi garis keras separatis yang berjuang untuk Papua merdeka. Wonda tewas setelah mengalami kontak tembak hebat dengan tim patroli dari Yonif 751/Raider pimpinan Lettu Inf Firman. Kelompok Timika Wonda ini adalah kelompok yang sering meneror dan merampok warga di Puncak Jaya. Mereka juga diketahui sebagai kelompok yang sering menembaki aparat TNI/Polri. 




Sedangkan yang kedua adalah Rudi Oreri, seorang Panglima OPM wilayah Kepulauan Yapen dan Mamberamo. Dia tewas saat baku tembak dengan tim gabungan Polri dan TNI di Kep Yapen. Dari tangan separatis ini, diperoleh 1 pucuk senjata SS1 V5 yang merupakan senjata rampasan milik anggota Polri. Kelompok Rudi ini diketahui memiliki catatan kriminal yang sangat buruk. Mereka pernah terlibat dalam penyerangan Polsek Anggasera Kep Yapen pada 2013. Menurut Kapolda Papua, Tito Karnavian, mereka juga pernah menganiaya tokoh agama dan memaksanya memakan tanah. Terakhir, kelompk Rudi ini melakukan pembunuhan terhadap pemuda bernama Erens Aninam.


Mungkin banyak dari kompasianer yang membaca artikel ini menyayangkan kejadian-kejadian seperti ini. Kenapa “kekerasan” di Papua tidak ada hentinya. Kenapa pendekatan yang dilakukan bukan pendekatan kesejahteraan, melainkan pendekatan keamanan. Mungkin banyak dari kompasianer yang tidak tahu bahwa semua pendekatan telah dan sedang dilakukan di Papua saat ini. Tidak hanya penumpasan kelompok bersenjata seperti yang sering diberitakan. Wajar jika masyarakat hanya mengetahui tindakan represif yang dilakukan TNI/Polri, karena memang hanya itu yang selalu diberitakan oleh media.



Mal Jayapura
Mal Abepura
Hola Plaza Waena

SAGA Waena

Perlu diketahui, di Papua dalam kurun waktu 10 tahun mengalami pembangunan yang sangat pesat. Jalan-jalan untuk menembus daerah terisolir dan fasilitas umum lainnya dibangun di Papua. Mungkin orang yang terakhir kali datang ke Papua 10 tahun yang lalu dan sekarang datang lagi ke Papua akan sangat “pangling” bahkan terkagum-kagum dengan kemajuan pembangunan Papua. Memang pembangunan di Papua belum merata ke semua wilayah karena wilayah Papua memang sangat luas dengan kontur medan yang sangat sulit yang berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Pun begitu, proses menuju pembangunan merata ke semua wilayah sedang dilakukan secara intensif di Papua.


Mengenai tindakan represif, mungkin banyak yang menyayangkan. Tapi sebenarnya tindakan represif adalah tindakan “terpaksa” yang dilakukan aparat TNI/Polri. Pemerintah daerah, TNI dan Polri tidak henti-hentinya mengajak masyarakat untuk bersama-sama satu hati membangun Papua dengan damai di bawah bingkai NKRI. Kepada kelompok yang berbeda paham dan menuntut merdeka, Polda Papua dan Kodam Cenderawasih memisahkan ke dalam 2 kelompok. Pertama adalah yang tidak bersenjata. Kepada kelompok ini, TNI/Polri selalu mengajak secara persuasif untuk “kembali” kepada jati diri sebagai insan satu bangsa Indonesia. Sedangkan yang kedua adalah yang bersenjata dan selalu meneror masyarakat. Aparat TNI/Polri tidak segan-segan untuk menumpas dengan cara yang paling tegas.


Kenapa kelompok-kelompok separatis Papua saat ini banyak yang tertangkap atau tewas ditembak aparat? Peran serta masyarakat adalah kuncinya. Masyarakat yang pada awalnya terhasut, saat ini mulai sadar bahwa Pemerintah, TNI dan Polri mempunyai niat mulia untuk membangun Papua yang sejahtera dan damai. Mereka pun mulai yakin bahwa OPM tidak ubahnya kelompok kriminal yang hanya akan menghambat terwujudnya kesejahteraan dan kedamaian di Papua. Masyarakat saat ini sangat kooperatif terhadap aparat dengan selalu menginformasikan apabila OPM akan melancarkan aksi.


Sebagai penutup, mari kita berdoa semoga kelompok separatis bersenjata Papua segera sadar dan menyerahkan senjatanya kepada TNI/Polri sehingga aparat tidak perlu lagi memuntahkan proyektil untuk menumpas “bromocorah” di Papua. Kelompok yang berbeda paham pun segera sadar bahwa keutuhan NKRI dari Sabang sampai Merauke sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Tantangan untuk mewujudkan Papua yang maju dan damai harus segera dieksekusi oleh para pemuda dan pemudi Papua. Mari Pace Mace, Kitong Bikin Papua Lebih Baik Lagi. Red*Warobay

 
Design by Muhai Tabuni | Bloggerized by Muhay Tabuni - Pemuda Papua Blogger Themes | Muda Merdeka Papua Indonesia management