Hari Juang Kartika diinspirasikan dari perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang bertugas dan bertanggung jawab atas keamanan masyarakat Indonesia dan menjaga kehormatan Negara NKRI.
Konon sebagai dampak kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang menyerahkan negara jajahannya termasuk Indonesia kepada Sekutu. Tentara sekutu masuk Semarang tanggal 20 Oktober 1945 dipimpin Jenderal Bethel dengan misi utama Sbb :
1. Melucuti senjata pasukan Jepang.
2. Membebaskan tentara sekutu yang ditahan Jepang selama PD II
3. Menjaga keamanan dan kententraman dengan tidak mengganggu kedaulatan RI.
Pada kenyataanya, sekutu yang diboncengi Belanda, bertindak arogan dan berupaya menancapkan kembali kolonialisme di Indonesia. Hal itulah yang menyulut kemarahan Bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Ambarawa dan sekitarnya. Insiden Air di Ambarawa, penyerangan sekutu terhadap markas-markas TKR, penyiksaan dan pembunuhan terhadap rakyat memunculkan semangat nasionalisme dan patriotisme seluruh rakyat Indonesia untuk mengusir sekutu di Bumi Ambarawa.
Kolonel Sudirman sebagai Komandan Divisi V turun ke medan laga Ambarawa memimpin pertempuran pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman memanggil seluruh Komandan Sektor TKR maupun kelaskaran untuk membahas rencana serangan umum dengan menghasilkan keputusan :
1. Siasat yang digunakan dalam perang Ambarawa yaitu, cepat, cerdik, serentak di segala sektor pada jam dan detik yang sama.
2. Serangan dimulai pukul 04.30 pada tanggal 12 Desember 1945.
3. Taktik dan strategi yang digunakan adalah “Supit Urang”
Dalam penerapannya, taktik “Supit Urang” adalah gerakan pendobrakan oleh pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menujun Semarang. Gerakan tersebut diikuti dengan gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya seekor udang menjepit mangsanya, untuk selanjutnya supit bertemu di bagian luar Ambarawa ke arah Semarang. Pasukan yang dikerahkan dalam pertempuran Ambarawa adalah Sbb :
Resimen Kedu Tengah. Dipimpin oleh Letkol M. Sarbini beranggotakan 3 pasukan Batalyon yang masing-masing dipimpin oleh Mayor Suryo Sumpeno, Mayor Kusen dan Mayor A. Yani.
Divisi V Purwokarto terdiri dari pasukan Batalyon 1 Resimen II Cilacap dipimpin Mayor Sugeng Tirtosewoyo; Batalyon 2 Resimen II Sumpyuh dipimpin Mayor Imam; Batalyon 1 Resimen I Purwokerto dipimpin Mayor Androgi; Batalyon 4 Resimen 1 Banyumas dipimpin Mayor Taram; Batalyon 4 Resimen 1 Kmanjen dipimpin Mayor Wasis; Batalyon 2 Resimen Purwokerto dipimpin Mayor Dirman.
Divisi IX Yogyakarta terdiri dari Batalyon 10 dipimpin Mayor Suharto; Batalyon 8 dipimpin Mayor Sarjono; Batalyon 20 dipimpin Mayor Pranoto Reksosamodra; Batalyon 24 dipimpin Mayor Ismullah; Batalyon 17 dipimpin Ngatijo.
Divisi X Surakarta dipimpin Letkol Sunarto Kusumodiharjo dan Letkol Suadi Suromiharjo.
Divisi IV Salatiga terdiri dari; Batalyon 1 Salatiga dipimpin Mayor Sutarto; Batalyon 2 Kopeng dipimpin Mayor Ashari; Batalyon 3 Ambarawa dipimpin Mayor Sumarto; Batalyon 4 Ungaran dipimpin Mayor Wahyu Rochadi.
Diperkuat pula oleh yang tergabung dalam Badan-Badan kelaskaran yaitu Tentara Rakyat Mataram (TRM), Barisan Macan, Laskar Rakyat, BPRI dan Angkatan Muda Republik Indonesia.
Penyerangan dadakan yang dilakukan TKR dibantu segenap komponen rakyat Indonesia mengakibatkan sekutu kalang kabut, pertempuran Ambarawa yang berlangsung dari tanggal 12 sampai 15 Desember 1945 berhasil memukul mundur sekutu dari Ambarawa.
Heroisme yang ditunjukkan TNI AD (TKR saat itu) dengan seluruh unsurnya dengan senjata dan peralatan seadanya didukung rakyat melalui Tata Yudha Semi Modern dan Taktik Supit Urang berhasil secara gilang gemilang mengusir sekutu dari Bumi Indonesia.
Konon sebagai dampak kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang menyerahkan negara jajahannya termasuk Indonesia kepada Sekutu. Tentara sekutu masuk Semarang tanggal 20 Oktober 1945 dipimpin Jenderal Bethel dengan misi utama Sbb :
1. Melucuti senjata pasukan Jepang.
2. Membebaskan tentara sekutu yang ditahan Jepang selama PD II
3. Menjaga keamanan dan kententraman dengan tidak mengganggu kedaulatan RI.
Pada kenyataanya, sekutu yang diboncengi Belanda, bertindak arogan dan berupaya menancapkan kembali kolonialisme di Indonesia. Hal itulah yang menyulut kemarahan Bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Ambarawa dan sekitarnya. Insiden Air di Ambarawa, penyerangan sekutu terhadap markas-markas TKR, penyiksaan dan pembunuhan terhadap rakyat memunculkan semangat nasionalisme dan patriotisme seluruh rakyat Indonesia untuk mengusir sekutu di Bumi Ambarawa.
Kolonel Sudirman sebagai Komandan Divisi V turun ke medan laga Ambarawa memimpin pertempuran pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman memanggil seluruh Komandan Sektor TKR maupun kelaskaran untuk membahas rencana serangan umum dengan menghasilkan keputusan :
1. Siasat yang digunakan dalam perang Ambarawa yaitu, cepat, cerdik, serentak di segala sektor pada jam dan detik yang sama.
2. Serangan dimulai pukul 04.30 pada tanggal 12 Desember 1945.
3. Taktik dan strategi yang digunakan adalah “Supit Urang”
Dalam penerapannya, taktik “Supit Urang” adalah gerakan pendobrakan oleh pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menujun Semarang. Gerakan tersebut diikuti dengan gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya seekor udang menjepit mangsanya, untuk selanjutnya supit bertemu di bagian luar Ambarawa ke arah Semarang. Pasukan yang dikerahkan dalam pertempuran Ambarawa adalah Sbb :
Resimen Kedu Tengah. Dipimpin oleh Letkol M. Sarbini beranggotakan 3 pasukan Batalyon yang masing-masing dipimpin oleh Mayor Suryo Sumpeno, Mayor Kusen dan Mayor A. Yani.
Divisi V Purwokarto terdiri dari pasukan Batalyon 1 Resimen II Cilacap dipimpin Mayor Sugeng Tirtosewoyo; Batalyon 2 Resimen II Sumpyuh dipimpin Mayor Imam; Batalyon 1 Resimen I Purwokerto dipimpin Mayor Androgi; Batalyon 4 Resimen 1 Banyumas dipimpin Mayor Taram; Batalyon 4 Resimen 1 Kmanjen dipimpin Mayor Wasis; Batalyon 2 Resimen Purwokerto dipimpin Mayor Dirman.
Divisi IX Yogyakarta terdiri dari Batalyon 10 dipimpin Mayor Suharto; Batalyon 8 dipimpin Mayor Sarjono; Batalyon 20 dipimpin Mayor Pranoto Reksosamodra; Batalyon 24 dipimpin Mayor Ismullah; Batalyon 17 dipimpin Ngatijo.
Divisi X Surakarta dipimpin Letkol Sunarto Kusumodiharjo dan Letkol Suadi Suromiharjo.
Divisi IV Salatiga terdiri dari; Batalyon 1 Salatiga dipimpin Mayor Sutarto; Batalyon 2 Kopeng dipimpin Mayor Ashari; Batalyon 3 Ambarawa dipimpin Mayor Sumarto; Batalyon 4 Ungaran dipimpin Mayor Wahyu Rochadi.
Diperkuat pula oleh yang tergabung dalam Badan-Badan kelaskaran yaitu Tentara Rakyat Mataram (TRM), Barisan Macan, Laskar Rakyat, BPRI dan Angkatan Muda Republik Indonesia.
Penyerangan dadakan yang dilakukan TKR dibantu segenap komponen rakyat Indonesia mengakibatkan sekutu kalang kabut, pertempuran Ambarawa yang berlangsung dari tanggal 12 sampai 15 Desember 1945 berhasil memukul mundur sekutu dari Ambarawa.
Heroisme yang ditunjukkan TNI AD (TKR saat itu) dengan seluruh unsurnya dengan senjata dan peralatan seadanya didukung rakyat melalui Tata Yudha Semi Modern dan Taktik Supit Urang berhasil secara gilang gemilang mengusir sekutu dari Bumi Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar