widget

Kamis, 18 Februari 2016

“AMP” BERBEDA JALUR DENGAN IMPIAN PAPUA

Berawal dari masuknya modernisasi di tanah Papua yang merambat dan berkembang pasca pelaksanaan Pepera pada tahun 1969 tentunya diikuti juga perkembangan diberbagai bidang seperti ekonomi, pembangunan, pemerintahan, sosial budaya, kesehatan dan khususnya pendidikan. Namun kali ini kami akan mengulas tentang pendidikan bagi para pemuda Papua yang merupakan penerus dan modal utama bagi kelangsungan perkembangan serta kemajuan Papua. Menurut saya secara pribadi, Pendidikan adalah hal atau sektor yang harus selalu diutamakan dibandingkan bidang lainnya, dengan demikian maka pengembangan selanjutnya akan lebih mudah dan cepat.
Di Papua sendiri sudah berdiri berbagai fasilitas pendidikan baik dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga perguruan tinggi yang kualitas dan kwantitasnya mampu bersaing di tingkat Nasional bahkan Internasional. Hal ini tidak lain adalah salah satu bentuk perhatian dan upaya pemerintah untuk mencerdaskan anak bangsa terutama generasi muda Papua. Tidak hanya sampai disitu, Pemerintah daerah Papua juga memberikan perlakuan khusus melalui program Otonomi Khusus tahun 2001[2] dengan memberikan fasilitas asrama khusus untuk para mahasiswa asal Papua yang mengejar pendidikan tingkat lanjut (Universitas) di luar daerah Papua. Dengan demikian diharapkan mereka mampu memberikan Kontribusi positif dan signifikan saat mereka kembali ke tanah kelahiran, yaitu Papua.

Mengapa harus mengutamakan Pendidikan
Bagi saya pribadi, ilmu pengetahuan merupakan hal yang sangat mendasar bagi setiap anak, terlebih lagi bagi anak-anak asli Papua yang suatu saat nanti jelas akan menjadi pribadi-pribadi yang akan membangun dan menjadikan Papua salah satu daerah yang diunggulkan dan diperhitungkan di mata dunia. Ibaratkan anak kecil yang saat ini masih belajar merangkak dan esok menjadi tulang punggung dalam setiap sendi kehidupan orang tuanya, dari segi essential[3] hal tersebut juga merupakan sirkulasi sosial kehidupan yang saling memberikan hubungan timbal balik dan saling membutuhkan dan memberikan.
Dengan demikian pendidikan merupakan hal yang sangat mutlak dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap individu utamanya bagi Orang Asli Papua (OAP) mulai dari anak-anak hingga dewasa, sehingga mereka bisa memberikan pemikiran dan inovasi di berbagai bidang yang dinilai perlu dan segera dicapai oleh pemerintah setempat. Karena seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Papua ini milik kita semua, Papua adalah satu dan satu-satunya. Sudah seharusnya kita berikan yang terbaik untuk kemajuan dan kelangsungan masa depan Papua nantinya.

Ketika Mahasiswa Papua disalahgunakan
Miris dan Kecewa,..!!!
Kata itu yang timbul dalam benak saat mengetahui kondisi segelintir mahasiswa Papua saat ini. Beberapa Organisasi yang sengaja dibentuk oleh oknum intelektual politik yang menyusup dan mengatasnamakan mahasiswa Papua, mengajak serta merekrut mereka untuk bergabung tanpa menyadari maksud dan tujuan sebenarnya. Ambillah contoh AMP (Aliansi Mahasiswa Papua) yang secara vokal sering menyalahkan Pemerintah dan Aparat tanpa memberikan kontribusi yang lugas maupun solusi yang relevan sebagai individu yang secara notabene “Berpendidikan”. Secara keseluruhan visi misinya berisikan Provokasi dan kecaman. Jelas hal demikian itu merupakan cerminan yang tidak baik dalam dunia pendidikan Papua pada khususnya. Namun saya masih berkeyakinan tidak semua mahasiswa Papua demikian bahkan yang sudah bergabungpun saya yakin ada diantara mereka tidak tahu apa-apa tentang organisasi tersebut.
Mengenai kebebasan berpendapat bagi mahasiswa bahkan seluruh rakyat Indonesia sudah jelas, kita diberikan ruang seluas-luasnya untuk memberikan aspirasi dan berpendapat, namun harus diperhatikan terlebih dahulu tentang tingkat kepantasan dan relevansinya.
Berbanding terbalik dengan tujuan dan impian Papua untuk menjadikan generasi muda sebagai harapan baru yang akan membawa kemajuan pesat untuk masa depan Papua yang gemilang. Demikian pula Pemerintah Indonesia yang telah memberikan kebijaksanaan Otsus dan berbagai fasilitas yang disediakan seakan-akan tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Menurut Pengamat Pendidikan asal Papua sekaligus sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan bahwa “Jikalaupun tak bisa memberikan prestasi yang baik, tidak sepantasnya malah menjadi provokator dan pemicu perpecahan di Indonesia” Tegasnya. Memang Benar, anak Papua diberikan ‘kekhususan’ dengan disediakannya berbagai fasilitas yang lebih daripada mahasiswa lainnya namun bukan berarti mereka bisa bertindak semaunya, tapi diharapkan dengan demikian mereka bisa merasakan perhatian pemerintah pusat yang berharap besar pada setiap pemuda asal Papua agar bisa membangun tanah Papua bersama.

AMP adalah topeng politik
Sejarah organisasi AMP pertama kali dibentuk oleh mahasiswa asal Papua yang melanjutkan kuliah di pulau Jawa yaitu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), selanjutnya secara organisasi dideklarasikan dan didirikan pada tanggal 30 Mei 1998 di Jl. Guntur Kawi, Manggarai, Jakarta Selatan.  Dengan diketuai oleh Denianus Tari Wanimbo, dan Sekretaris Jenderal Hendrik Ronsumbre. Sejak saat itu mereka semakin bebas bersepak terjang dan memprovokasi situasi yang ada dengan selalu mengkait-kaitkan Pelanggaran didalamnya. Jelas tidak mencerminkan etika edukatif[4] sedikitpun. Dari Platformnya[5] sendiri sudah menunjukkan bahwa aliansi mahasiswa ini mengandung unsur sara[6] dengan demikian aliansi tersebut termasuk Organisasi ilegal.
Seharusnya para mahasiswa Papua sadar akan hal ini, sehingga tidak terpengaruh dan salah mengambil keputusan. Lihat kembali tujuan untuk melanjutkan pendidikan itu adalah memperdalam ilmu pengetahuan dan membuka wawasan lebih luas, sehingga mempermudah kita dalam menggapai cita-cita. Sebagai Individu berpendidikan seharusnya lebih tahu bahwa keputusan bersama adalah Mutlak. Papua adalah bagian tak terpisahkan dari bingkai NKRI, dan sampai kapanpun akan tetap seperti itu.
Meskipun tuntutan mereka selalu tidak berdasar dan beralasan bahkan tidak logis, namun sebagai OAP saya pribadi ingin mengajak mereka untuk kembali berfikir jernih. Masih ada kesempatan sebelum terlanjur jauh di jalur yang salah.

Oleh: Muhay Tabuni


pustaka:

[1] Pepera adalah (Penentuan Pendapat Rakyat) dilaksanakan tanggal 15 Juli s.d 02 Agustus 1969 yang diawasi PBB, hasilnya menyatakan bahwa daerah Irian Barat tetap berada dalam wilayah NKRI dan dikukuhkan dengan Resolusi PBB No.2504 Tanggal 19 Oktober 1969. Indonesia melaksanakan hasil Pepera dengan membentuk Provinsi Otonomi Irian Jaya dan Kabupaten Otonom melalui UU No.12 Tahun 1969.

[2] Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus yang diberikan kepada suatu daerah ‘tertentu’ untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri tetapi sesuai dengan hak dan aspirasi masyarakat di daerah tersebut. Kewenangan ini diberikan agar daerah tersebut dapat menata daerah dan bagiannya agar lebih baik lagi dan mengalami percepatan perkembangan dibidang tertentu sesuai kebutuhan.

[3] essential adalah Sifat Dasar [eng]

[4] Edukatif : Berpendidikan, Terpelajar

[5] Plaform AMP:“Melawan Neo-Kolonialisme Indonesia, Melawan Neo-Liberalisme/Imperialisme Ekonomi Global dan Melawan Militerisme Indonesia”

Visi: Membebaskan Negeri West Papua dari Segala macam Bentuk Penindasan Penjajahan bagi Umat Manusia dan Menciptakan Rakyat West Papua yang Berdaulat secara Politik, dengan Pembentukan Negara West Papua yang Mandiri.

Nilai-Nilai Dasar: HAM (Hak Menentukan Nasib Sendiri), Demokratis, Solidaritas, Kesetaraan, Swadaya. Berikut adalah Landasan Strategi dan Taktik Perjuangan AMP: Landasan Strategi dan Taktik (Stratak) Perjuangan AMP diatur berdasarkan pembacaan situasi obyektif politik, baik situasi politik
(http://ampjogja.blogspot.co.id/2012/05/gerakan-perlawanan-mahasiswa-papua.html)

[6] sara adalah (Suku Ras Agama dan Antar golongan)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Muhai Tabuni | Bloggerized by Muhay Tabuni - Pemuda Papua Blogger Themes | Muda Merdeka Papua Indonesia management