Pernyataan
yang dilontarkan oleh Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw yang
mengatakan bahwa sejak tahun 2009, data mencatat jumlah korban tewas
yang diakibatkan serangan-serangan Tentara Pembebasan Nasonal Papua
Barat (TPNPB-OPM) yang mencapai 111 korban jiwa. Jumlah ini memang
sangat dis sesalkan oleh para tokoh pemuda dan tetua adat yang ada di
Papua.
Namun
dibantah oleh Wenas Kobogau, nama Wenas Kobogau sendiri selama ini
belum pernah terdengar di telinga kita, namun tiba-tiba mengeluarkan
statemen bernada provokasi. Wenas pun mengakui bahwa selama ini terdapat
OPM-OPM ‘binaan’ yang dibina untuk menimbulkan perpecahan dan merusak
slogan ‘Papua Tanah Damai’. Jika kita telusuri sepak terjang Wenas
Kobogau sendiri adalah merupakan salah satu aktor KNPB yang merupakan
organisasi terlarang di Papua.
Setelah
sebelumnya memprovokasi tentang pemberitaan seorang pria di mimika yang
di siksa oleh aparat secara brutal, namun pada faktanya bahwa pria
tersebut melakukan tindak kriminal, yaitu mencabuli anak di bawah umur.
Berita asli : disini
sedangkan foto-foto bernada provokasi dan pelecahan yang di Upload di salah sau halaman Facebook.
Berita Provokasi : disini
Dari
berita ini sudah sangat jelas sepak terjang Wenas Kobogau yang
merupakan salah satu anggota terlarang di Indonesia, terkuhususnya di
Papua, wenas sendiri diketahui merupakan orang yang inigin mencari
posisi di organisasi terlarang tersebut. Segala hal mungkin bisa
dilakukan, termasuk memprovokasi berita-berita di media masa.
Tidak
dapat dipungkiri sudah sejak lama keriuhan isu di Papua tidak pernah
bisa bersih dari cara-cara yang gemar mengeksploitasi manusia ketika
bertarung untuk menaikan isu yang ada. Jangankan terhadap kesadaran yang
awam, bahkan kaum yang sudah menegerti pun bisa tersungkur dalam cara
berpikir-bertindak yang tidak sehat. Bahkan jika kita perluas, dalam
lingkup kebudayaan, kegemaran mengeksploitasi media dan berita atau isu
HAM demi kepuasan terhadap kepuasan kekuasaan yang akan di capai.
Indonesia, salah contoh Negara yang mudah sekali ditemukan provokasi
primordial yang sesungguhnya mencemaskan. di daerah-daerah yang ada di
Indonesia khususnya di Papua juga sangat sering bahkan mudah sekali
mendengar provokasi yang malah di ciptakan dari luar Indonesia. di Papua
yang konon memiliki tingkat homogenitas sosial tinggi.
Ironisnya
kita sebagai makhluk berpendidikan masih saja di bodohi dengan berbagai
isu provokasi yang hanya menimbulkan berbagai konflik sosial antara
sesama mahluk ciptaan Tuhan. Cara pandang yang sering dilupakan ketika
provokasi berkembang makin liar lantas bergulung seperti bola salju dan
hanya berhenti di ujung putaran atau menghantam benda yang lebih keras
dari dirinya. Provokasi yang berhenti ketika segalanya sudah remuk
berantakan.
Kembali
lagi pada isu provokasi yang selalu di suarakan atau dikoarkan oleh
para pelaku politik yang ada di Papua, dengan memanfaatkan suatu
kejadian atau memutar balikkan cerita miring tentang isu yang beredar.
Kembali lagi kita harus memperhatikan para pemuda kita terutama pemuda,
generasi Papua muda harus belajar kembali sejarah lokal Papua agar tahu
bahwa persoalan Papua sudah selesai dan generasi muda harus mengetahui
sejarah perjuangan masyarakat Papua saat bergabung dengan NKRI.
sejarah
mencatat bahwa beberapa pahlawan asli Papua seperti Silas Papare, Frans
Kaisepo dan Marthen Indey, Mempunyai peranan penting dalam sejarah
perjuangan masuknya Papua ke pangkuan Ibu Pertiwi. Bergabungnya Papua ke
NKRI sudah final dan telah tercatat dalam titah Persatuan Bangsa-bangsa
(PBB) serta telah diakui dunia bahwa Papua adalah bagian NKRI. Bahkan
sampai hari ini resolusi dewan keamanan PBB belum di cabut.
Terus bagaimana dengan orang-orang yang katanya memperjuangkan Papua di dunia Internasional?
Sudah
jelas jika organisasi seperti KNPB atau orang-orang seperti Benny Wenda
yang menyerukan berbagai isu provokasi yang mnyudutkan pemerintah,
sepertinya mereka harus kembali membuka buku sejarah untuk merefresh
kembali otak mereka yang sudah dikotori dengan nafsu kekuasaan dunia.
Belum
lagi para elite negara tetangga seperti perdana mentri Vanuwatu dan
negara-negara yang memanfaatkan kesamaan RAS untuk menggait dan
memprovokasi rakyat agar mengikuti nafsu kekuasaan Individual mereka
masing-masing. negara-negara miskin ini memanfaatkan lobang kecil untuk
meraih keuntungan demi majunya Negara mereka yang sebenarnya berada pada
posisi Negara-Negara miskin di Dunia, kenapa musti menyibukkan diri
dengan mengurus ketentraman Negara lain sedangkan Negara mereka belum
sepenuhnya baik.
Ada
juga para tokoh agama yang memanfaatkan media Agama, yang sebenarnya
meruapakan tempat unutk bersandar dan memohon ampun kepada sang
pencipta, akan tetapi justru agama di buat dan dirangkai sedemikian rupa
agar bisa meluruskan nafsu kekuasaan.
Dari
kesimpulan diatas saya rasa, menyambung dengan era benturan yang penuh
dengan provokasi. So, dalam provokasi yang liar atau kompetisi yang
sakit, jangan mengorbankan kemuliaan nalar yang merupakan anugrah
terbaik penciptaan dihina oleh ilusi-ilusi melalui provokasi. Kembali
belajar pada dunia anak dan berani memberi jarak/tanda kurung atas
segala macam provokasi yang mengancam kemajemukan hidup manusia mungkin
bisa menjaga diri kita sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar