Satukan Indonesia dari sini
Dedikasi lagu hasil karya pemuda Papua yang menggambarkan kekayaan alam dan kekuatan persatuan Nusantara meski beragam budaya. "Satukan Indonesia dalam Cinta" itulah pesan yang begitu kuat yang disampaikan oleh lagu milik Pay - Papua Dalam Cinta (feat. Soa Soa)
Mari Cerdaskan generasi muda Papua Indonesia
Indonesia merupakan satu kesatuan dari berbagai rangkaian pulau serta ragam budaya yang membuatnya sangat istimewa, tidak ada diskriminasi atau pembedaan untuk seluruh rakyatnya terutama dalam bidang pendidikan yang menjadi salah satu aspek utama untuk mencerdaskan kahidupan bangsa
Masyarakat Papua Kembali dibodohi KNPB
Masyarakat Papua telah kesekiankalinya diberikan iming-iming oleh segelintir orang seperti Benny Wenda di luar negeri atau Komite Nasional Papua Barat, biasa disebut KNPB yang selalu mengatakan bahwa Papua akan merdeka dalam waktu dekat, namun hingga saat ini jauh dari kenyataan
Indonesia ini Indonesia milik kita
Siapa lagi yang akan menjaganya kalau bukan kita sendiri.. siapa lagi yang rela untuk memberikan semuanya untuk negeri ini jika bukan seorang pahlawan sejati. dan kitalah pahlawan-pahlawan itu yang akan senantiasa menjaga kedaulatan tanah ini
Muda Merdeka Papua Indonesia
Kobarkan semangatmu.. Bulatkan tekadmu.. tunjukkan kreasimu.. engkaulah 'Pemuda' harapan Bangsa, engkaulah bara api yang siap membakar dan membumi hanguskan mereka para pengusik Nusantara raya.. Engkaulah Cakar yang siap menerkam.. mencengkram.. dan Melumatkan para pembelot di halaman kita.. di Papua Indonesia.
Rabu, 26 Maret 2014
TAK ADA SETITIK ALASANPUN UNTUK MEMISAHKAN NUSANTARA
Minggu, 23 Maret 2014
Papua Indonesia – PBB – Vanuatu dan Akal bulusnya
Moana |
- Vanuatu manfaatkan isu Papua untuk kepentingan pribadi dan politik partainya
- Pidato PM Vanuatu di PBB terkesan asal-asalan dan dipolitisir
- Sanggahan Indonesia atas tuduhan PM Vanuatu yang tak bisa di tepis lagi
- Jawaban tegas delegasi Indonesia atas tuduhan Vanuatu dalam sidang dewan HAM PBB
Itu menjadi tamparan keras dunia Internasional bagi Moana Carcasses Katokai Kalosil selaku anak bawang yang nyaris tak punya pengaruh yang berarti bagi PBB.
Sidang PBB Jenewa |
Kunjungan MSG ke Indonesia |
maka seperti yang di ketahui bersama bahwa negara-negara MSG selalu mendukung kedaulatan NKRI di kancah internasional dan dengan demikian dapat kita sipulkan bahwa Vanuatu adalah negara yang tersisih dari saudaranya karena ambisi politik ingin mendapatkan dukungan guna melawan kelompok oposisi di negaranya sendiri. *(Red.MT)
Sabtu, 22 Maret 2014
Ko Kocok dulu..
Ada pace satu nama Tabuni sakit perut dan buang2 air,trus de pi ke dokter. Setelah dokter periksa,dokter langsung kase obat.
Dokter :" ini saya kasih obat sirup,diminum 3 X sehari 1 sendok makan sampe habis..tapi sebelum di minum kocok dulu.."
Lima hari kemudian karna belum sembuh dan obat habis tabuni datang ke dokter lagi.
Dokter :" bagai mana ada per kembangan..apa sdh agak baikan..?"
Tabuni :" sdh agak baikan bapa dokter trus obatnya sdh habis..
Dokter :" baiklah sy akan kasih lagi obat yg sama..satu dua hari pasti sdh sembuh.."
Tabuni :" dokter kalo bisa kasih obat yg lain saja..!"
Dokter :"lho obat itu kan bagus ,bapak sdh agak baikan setelah meminumnya.."
Tabuni :" pak dokter untuk minum obat ni sa tra masalah..tapi "KOCOK" nya ini yg sa tra kuat..!"
Dokter :"bah ko kocok botol obat tu..bukan kocok ko pung ular bisa..!!!"
Hahahaee ...#dokter langsung telan obat pusing
TAKE ME OUT INDONESIA
Pace Pilemon ikut audisi Take me Out |
Coky : Pria yang satu ini datang dari Timur Indonesia.sudah bekerja, punya rumah sendiri dan mari kita sambut..............PI LE MON....!!!!!
Coky : Ladys.....tunjukan pesonamu...!
Coky : ok Bro...bisa langsung aja...!
Pilemon : ok baik.nama saya pilemon, z dating dari Papua,tujuan saya hanya satu tuk mencari pasangan hidup yang benar-benar bisa membantu za "TOKOK SAGU,JUAL PINANG dan PAPEDA BUNGKUS dipasar mama-mama.
Bukan Ladys2 dong punya lampu yang padam tapi satu Indosiar padam. #pelaay_pacee
Kamis, 20 Maret 2014
Papua Dalam Cinta Mp3
Papua : Satukan Indonesia dari sini
Makin Bangga dengan IndONEsia
Selasa, 18 Maret 2014
Benarkah di Indonesia Ada Genosida di Papua?
ilustrasi |
Pidato Carcasses di forum PBB itu mestinya bisa membuka mata kita melihat secara obyektif sekaligus mampu membaca kepentingan terselubung di dalamnya. Karena apa yang disuarakan PM Vanuatu itu sekaligus melakukan amplifikasi terhadap internasionalisasi isu Papua.
Jauh sebelum Carcasses berdiri di mimbar sidang tahunan Dewan HAM PBB, isu pelanggaran HAM berat di Papua sudah menjadi tema klasik para pegiat internasionalisasi isu papua. Bahkan lebih dari itu, mereka bilang ‘telah terjadi genosida’ di Papua, atau pemusnahan etnis secara sistematis oleh penguasa. Mungkin sebagian dari kita akan bergumam: wah, kejam benar pemerintah Indonesia.
Persoalannya, pemusnahan etnis itu faktanya mana? Kalau hanya satu dua orang yang terbunuh, itu bukan genosida, tetapi suatu insiden karena berbagai alasan. Alasan utamanya karena masih ada segelintir orang Papua yang meyakini bahwa daerahnya telah dimerdekakan oleh Belanda tahun 1961. Dan bahwa plebisit (PEPERA 1969) itu tidak sah karena menggunakan sistem perwakilan, sehingga Papua bukannya berintegrasi tetapi dianeksasi, dan seterusnya. Para akademisi yang paham hukum tata negara dan beberapa tokoh gereja pun ikut-ikutan mengipas dengan argumen-argumen konyol seperti, menuntut merdeka itu hak, bukan makar, dan bahwa referendum bisa diulang, menghukum pelaku kriminal melanggar HAM dsb.
Suasana seperti ini memang sengaja dipelihara. Dan isu genosida itu memang sengaja terus ‘dijaga’ oleh kelompok pendukung Papua merdeka untuk menyudutkan Pemerintah Indonesia di mata dunia internasional.
Genosida multi-versi
Mari kita simak pernyataan Forkorus Yaboisembut (Ketua Dewan Adat Papua) yang saat ini sedang menjalani hukuman di Penjara Abepura Papua, akibat tindakan makar yang dilakukannya tiga tahun silam, yaitu mendeklarasikan berdirinya ‘negara papua barat’ dalam forum yang ia sebut kongres rakyat papua di lapangan zakeus, Abepura, Papua.
“Secara definisi mungkin Orang Asli Papua (OAP) belum bisa dikatakan mengalami genodisida, tetapi sesunguhnya OAP sedang menuju kearah sana” kata Forkorus awal Maret dua tahun lalu, sebagaimana dilansir tabloidjubi.com .
Dalam logika Forkorus, pertumbuhan populasi penduduk OAP sama sekali tidak mengalami perubahan, jika dibandingkan Negara Papua New Guinea. Tahun 1969 ketika bangsa Papua diintegrasikan ke dalam Indonesia, jumlah populasi OAP sekitar 800 ratus sekian ribu jiwa. Sedangkan PNG berkisar 9 ratus ribu jiwa. Dia juga mengaku, saat ini pertumbuhan penduduk asli PNG sudah berkisar 7,7 juta jiwa, sementara jumlah OAP masih berada pada angka 1, 8 juta jiwa.
Menurut Forkorus, mestinya populasi OAP saat ini sekitar 6 juta jiwa jika tidak terjadi proses pemusnahan etnis atau genosida (Jubi, 15 Oktober 2012).
Jika kita tidak membaca secara kritis pernyataan Forkorus di atas, kita akan spontan mengamini tudingan Forkorus, bahwa benar telah terjadi genosida.
Coba simak juga tulisan Selphius Bobii yangsama-sama satu penjara dengan forkorus saat ini. Dalam artikel berjudul ”Etnis Bangsa Papua Sedang Musnah” http://keadilandipapua.blogspot.com/2013/03/etnis-bangsa-papua-sedang-musnah_25.html Bobii menulis :
Dari data-data di atas, tulis Bobii, saya menyimpulkan bahwa di Tanah Papua sedang terjadi proses pemusnahan etnis Papua secara merangkak perlahan-perlahan tetapi pasti (slow motion genocide).
Senada dengan Forkorus dan Bobii, tahun 2010 seorang Akademisi asal Australia, Jim Elmslie mengeluarkan data yang katanya hasil penelitian tahun 2010. Dalam laporan berjudul “West Papuan Demographic Transition and the 2010 Indonesian Census: “Slow Motion Genocide” or not?” yang diterbitkan oleh University of Sydney, Centre for Peace and Conflict Studies pada tahun 2006 memperkirakan jumlah penduduk asli Papua di Propinsi Papua dan Papua Barat hingga akhir tahun 2010 akan mencapai 3,612,856.
Dalam laporan itu dirincikan bahwa jumlah penduduk asli Papua pada tahun 1971 sebanyak 887,000 dan tahun 2000 meningkat menjadi 1,505,405. Artinya pertumbuhan penduduk pertahunnya 1,84 persen. Sementara itu jumlah penduduk non Papua tahun 1971 sebanyak 36,000 dan tahun 2000 meningkat menjadi 708,425. Jadi presentase pertumbuhan penduduk non asli Papua pertahunnya 10.82 persen.
Dengan asumsi pertambuhan penduduk per tahun 1,84%, ia memprediksi pada akhir tahun 2010 jumlah penduduk asli Papua mencapai 1,760,557. http://gereja.tumblr.com/post/24663879014/mohon-doa-penduduk-asli-tanah-papua-terancam-punah
Bandingkan dengan data hasil Sensus BPS
Angka-angka yang ditampilkan oleh Emslie di atas, memang mendekati angka statistik BPS. Jumlah penduduk Papua tahun 1971 versi BPS adalah 923.440 jiwa. Hasil sensus penduduk tahun 2000 tercatat 2.220.934 jiwa. Sepuluh tahun kemudian, sensus 2010 berjumlah 2.833.381 (di Papua) dan di Papua Barat 760.422 jiwa. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=12
Meraukepos.com menyebutkan, dari 2.833.381 penduduk Provinsi Papua tersebut, terdapat 674.063 warga non papua (pendatang), sedangkan warga asli Papua sebanyak 2.159.318 jiwa.http://www.meraukepos.com/2011/03/distribusi-penduduk-papua-belum-merata.html
Berarti terjadi pertambahan penduduk asli Papua dalam 40 tahun (thn 1971 – s.d 2010) sekitar 1,2 juta jiwa (lebih dari dua kali lipat).
Bandingkan dengan provinsi dan negara tetangga
Hasil penelusuran saya di beberapa situs resmi, jumlah penduduk PNG tahun 2012/2013 adalah 6.310.129. Tahun 2000 menurut sumber yang sama, jumlah penduduk PNG adalah 5.190.783 jiwa. Berarti dalam 12 tahun itu pertambahan penduduknya sekitar 1,2 juta jiwa. (sumber : http://countrymeters.info/en/Papua_New_Guinea/ dan http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Nugini#Demografi dan http://www.statistik.ptkpt.net/_a.php?_a=area&info1=6 )
Pertanyaan kritis yang bisa kita layangkan terhadap pernyataan Forkorus dan Selphius Bobii adalah, benarkan penduduk PNG tahun 1971 itu berjumlah 900 ribu jiwa? Dari mana angka itu? Mana ada sebuah wilayah yang penduduknya tidak sampai satu juta jiwa bisa menghasilkan pertambahan penduduk rata-rata satu juta jiwa per 10 tahun?
Coba bandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara. Sensus penduduk tahun 1971 berjumlah 6.621.831 jiwa. Sensus penduduk thn 2010 berjumlah 12.982.204. Demikian juga di Nusa Tenggara Barat (NTB), tahun 1971 berjumlah 2.203.465 menjadi 4.500.212 pada tahun 2010. Artinya setelah 40 tahun, jumlah penduduknya baru bertambah dua kali lipat. Tetapi untuk PNG, dalam 40 tahun bertambah 6 kali lipat? (sumber: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=12)
Bandingkan juga dengan Vanuatu, tahun 2004 tercatat 202.609 jiwa dan tahun 2013 menjadi 252.605 jiwa. Berarti dalam 9 tahun penduduk Vanuatu bertambah sekitar 50 ribu jiwa. http://countrymeters.info/en/Vanuatu/. Artinya setelah 40 tahun atau tahun 2044 penduduk Vanuatu baru bisa mencapai 500 ribu jiwa (dua kali lipat dari 2004).
Demikian juga di Negara Kaledonia Baru berdasarkan sensus penduduk tahun 2004 berjumlah 230.789 jiwa. Tahun 2013 berjumlah 263.047 jiwa http://countrymeters.info/en/New_Caledonia/ Berarti dalam 9 tahun pertambahan penduduknya sekitar 33 ribu jiwa.
Jumlah penduduk Fiji menurut sensus tahun 2007 tercatat 837.271 jiwa (http://www.statsfiji.gov.fj/) dan Tahun 2012/2013 berjumlah 890.057 jiwa (http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a=area&info1=6). Berarti selama 5 tahun penduduk Fiji hanya bertambah sekitar 50-an ribu jiwa atau 100 ribu jiwa dalam 10 tahun. Jumlah penduduk Fiji saat ini, nyaris sama dengan jumlah penduduk PNG 40 tahun lalu (versi Forkorus dan Bobii). Dalam 40 tahun ke depan (dengan ratio pertambahan 100 ribu sampai 150 ribu penduduk per 10 tahun) penduduk Fiji paling banyak mencapai 2,5 juta jiwa. Padahal di negara ini tidak ada genosida. Demikianpun di Vanuatu, PNG dan Sumut serta NTB.
Saya sengaja memilih beberapa negara saja yang kebetulan negara rumpun Melanesia (anggota MSG) yang secara geografis berada di Pasifik Selatan atau tak jauh dari Papua. Jika tahun 1971 penduduk asli Papua berjumlah 887.000 (versi Forkorus dan Bobii) dan sensus 2010 jumlah penduduk asli Papua 2.159.318 jiwa, berarti dalam tempo 40 tahun jumlah OAP telah bertambah hampir 2,5 kali lipat. Ratio itu bahkan melebihi pertambahan penduduk di Fiji, Vanuatu dan PNG.
Genosida?
Menilik angka-angka yang ditampilkan di atas, tidak tampak adanya keanehan dalam hal pertumbuhan penduduk, baik di Papua maupun di negara tetangganya Vanuatu, Fiji, Kaledonia Baru, bahkan juga di dalam negeri sendiri seperti di NTB dan Sumut. Semuanya tampak wajar dan alamiah. Menjadi persoalan besar ketika obyek yang dijadikan perbandingan (penduduk PNG tahun 1971) dipatok hanya 900 ribu jiwa. Sekali lagi, dari mana angka itu?
Apakah di masa penjajahan, PNG sudah melakukan sensus? Karena PNG baru memiliki pemerintahan sendiri pada 1 Desember 1973 dan baru merdeka 16 September 1975 atas ‘restu’ Ratu Inggris. Apakah ada negara penjajah kala itu yang berbaik hati melakukan sensun penduduk untuk mengetahui jumlah warga pribumi?
Asumsi saya, dengan menggunakan ratio: ‘setiap 40 tahun terjadi pertambahan penduduk dua kali lipat’, maka penduduk PNG tahun 1971 = jumlah penduduk saat ini dibagi dua. Yaitu 6.310.129 : 2. Maka Jumlah Penduduk PNG tahun 1971 tidak kurang dari 3 Juta jiwa, bukan 900 ribu jiwa seperti klaim Forkorus dan Selphius Bobii.
Semoga kita tidak tertipu oleh kampanye-kampanye murahan para pendukung Papua merdeka. [***]
sumber : http://zonadamai.com/2014/03/17/benarkah-di-indonesia-ada-genosida/