Kobaran Semangat Pemuda Papua Memperingati hari Sumpah Pemuda 1928
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para
pahlawannya. Slogan inilah yang mengilhami jajaran Pemerintah Daerah Papua, untuk selalu tetap menghargai jasa-jasa para
pahlawan bangsa.
Sehubungan dengan itu, maka seusai melakukan upacara peringatan HUT
Sumpah Pemuda ke-85 tahun yang berlangsung di Sentani Jayapura, dari sekian banyak kegiatan peringatan Hari Sumpah Pemuda antara lain pelaksanaan upacara peringatan Sumpah pemuda dan Pembentangan Bendera pusaka merah putih sepanjang 1 Km di Pantai Hamadi Jayapura yang di gagasi oleh LMA (Lembaga Masyarakat Adat) region Jayapura.
|
Pembentangan Bendera merah Putih Sepanjang 1Km |
begitupun di wilayah Serui melakukan Ziarah ke Distrik Ambai, guna melihat secara dekat makam
keterwakilan Pemuda Papua yang ikut dalam ikrar sumpah pemuda bersama
pemuda lainnya yakni sosok
Aitai Karubaba.
|
Ziarah di Makam Aitai Karubaba |
Wakil Papua dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928
-Aitai Karubaba dan Poreu Ohee, Pemuda Papua yang Hadir Dalam Sumpah Pemuda
Mejelang
detik-detik peringatan Sumpah Pemuda, mungkin kita perlu tahu fakta
yang selama ini dibelokkan oleh orang-orang yang tidak ingin menghormati
perjuangan orang lain dan ingin berjuang sendiri sesuai dengan
keinginannya dengan membelokkan fakta yang ada. Seperti yang kita
ketahui selama ini, tidak ada pemuda dari perwakilan Papua yang hadir
dalam pengikraran Sumpah Pemuda.
Peristiwa
sejarah Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi
Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari
Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga
kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Pada
dasarnya, makna Sumpah Pemuda adalah hari dimana bersatunya para
pemuda-pemuda indonesia untuk mengikrarkan tekad mereka untuk bersatu
dan berpegang tangan tanpa membedakan suku dan ras tertentu. Dari
maknanya itu saja sudah barang tentu dalam pengikrarannya dihadiri oleh
orang-orang yang merupakan perwakilan dari seluruh penjuru nusantara.
Namun
dengan adanya kepentingan-kepentingan dan keinginan orang-orang
tertentu, fakta-fakta tersebut dibelokkan untuk membakar semangat juang
dari anak cucunya agar mau membela keinginannya. Contohnya adalah dengan
tidak mengakui kehadiran Aitai Karubaba dan Poreu Ohee, pemuda Papua
yang pada 28 Oktober 1928 menghadiri pengikraran Sumpah Pemuda di Gedung
Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta.
Sejak Lotkol. Inf. Dedy Iswanto menjabat sebagai Dandim 1709 Yapen Waropen Lotkol. melakukan
penelusuran melalui keluarga dan kerabat Aitai Karubaba untuk mencari
kebenaran cerita tentang pemuda Papua yang hadir dalam Sumpah Pemuda
dilanjutkan dengan mengunjungi makam Aitai Karubaba yang berada di
kampung Rondepi pulau Urfarari Distrik Kepulauan Ambai. Sebagai wujud
pengakuan dan juga penghargaan atas jasanya, makam Aitai Karubaba akan
dipugar, dirawat dan dibangun tugu untuk mengabadikan nama Aitai
Karubaba sebagai pelaku sejarah Sumpah Pemuda.
Selain itu, Ramses Ohee, seorang mantan Tokoh Pejuang Papua
mengatakan bahwa ayahnya, Poreu Ohee, juga hadir dalam pegikraran
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Ramses juga mengatakan bahwa fakta
sejarah tersebut menunjukkan keinginan rakyat Papua bergabung dengan
Indonesia sudah muncul sejak pelaksanaan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Terungkapnya
kehadiran dua orang tersebut dalam pengikraran Sumpah Pemuda pada 28
Oktober 1928 dapat menghapus keraguan masyarakat dimana berita yang
beredar selama ini bahwa dalam pengikraran Sumpah Pemuda tidak ada
perwakilan dari Papua. Hal itu sangat tidak menghargai para pahlawan
yang sudah bersusah payah menghadiri dan menyusun Sumpah Pemuda!
- Abner Ohee dan Orpa Pallo ikut dalam Kongres Pemuda II tahun 1928
|
Ramses Ohee, anak dari Abner Ohee & Orpa Pallo |
|
Ramses Ohee, Seorang Ondoafi dari
Waena, Papua |
Jika manusia, usia sebanyak itu, sudah masuk kelompok usia lanjut. Ia
sudah punya dua sampai tiga generasi penerus di bawahnya (anak-cucu-dan
mungkin juga buyut). Tiga generasi untuk melanjutkan, melestarikan, dan
mengembangkan nilai-nilai kehidupan sesuai dengan tuntutan zaman. Jika
ada berkhianat, ia bertugas mengingatkan dan meluruskan agar tidak
keluar dari tujuan yang hendak dicapai.
Itulah yang antara lain dilakukan oleh Ramses Ohee, Seorang Ondoafi dari
Waena, Papua, pelaku sejarah Pepera 1969 yang juga adalah Ketua Barisan
Merah Putih.
Sehubungan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini, Ketua adat
Tobati-Enggros ini meminta kepada para pemuda di Indonesia, khususnya di
Tanah Papua untuk tidak lagi berdebat soal Sumpah Pemuda. Kepada para
pemuda Papua ia menghimbau untuk menyudahi semua tindakan-tindakan yang
menciderai kemerdekaan bangsa ini. Pemuda Papua sebaiknya bersatu padu
membangun negeri dan rakyatnya menuju kemandirian dan kesejahteraan
hidup.
Tindakan-tindakan yang menciderai kemerdekaan bangsa yang dimaksudkannya
antara lain melaui aksi-aksi jalanan pada pemuda Papua yang tergabung
dalam faksi-faksi pendukung Papua merdeka yang menuntut referendum
ulang, termasuk aksi nekat mendirikan negara federasi Papua Barat pada
19 Oktober setahun silam oleh kelompok Dewan Adat Papua (DAP). Dalam
pandangannya, mendirikan negara federasi Papua Barat selain bertentangan
dengan Pancasila, UUD 1945, dan prinsip-prinsip NKRI, juga hanyalah
sebuah khayalan yang tidak akan pernah terwujud.
“Negara Federasi Papua Barat sebagai KRP III hanya mainan sekelompok
elite Dewan Adat Papua. Dan itu jelas khayalan. Serta tidak disetujui
mayoritas masyarakat adat Papua dan Papua Barat,” tegas Ramses Ohee.