|
Yudi Kotouki - Anggota DPR RI Fraksi PKS |
Jakarta. Anggota Legislatif Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI
dari dapil Papua, Muhammad Yudi Kotouky, meminta aparat TNI/ Polri tidak
perlu menanggapi serius tantangan perang dari kelompok separatis
Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Puron Wenda dan Enden Wanimbo
beberapa hari kemarin. Hal itu dikarenakan pendekatan persuasif,
humanis, dan religius lebih efektif untuk menekan konflik dan kekerasan
di bumi cenderawasih tersebut
“Menurut saya hal tersebut tidak
perlu terlalu ditanggapi, aparat TNI/ Polri tidak perlu terpancing.
Lakukan saja dengan pendekatan yang persuasif, humanis, dan religius.
Lakukanlah dialog dan komunikasi yang komprehensif (menyeluruh) dan
solutif bagi Papua,” ujar legislator yang menduduki kursi di Komisi II
Bidang Pemerintahan, Otonomi Daerah, Aparatur Negara, Agraria, dan
Komisi Pemilihan Umum tersebut.
Berdasarkan siaran pers yang diterima redaksi papuahttp, Minggu (31/5), pria yang akrab disapa Muhay itu menegaskan bahwa
pernyataannya sebagai bentuk kepedulian terhadap tanah kelahirannya
karena adanya ancaman perang terbuka dari kelompok separatis yang
bermarkas di Lany Jaya, Papua, tersebut. Muhay menambahkan, meskipun OPM
mengakui sudah menyiapkan persenjataan, namun pemerintah tetap harus
meninggalkan pendekatan militer atau cara-cara lama dalam menghadapi
Papua
“Sebaliknya, pendekatan dialog dalam meredam gejolak
masyarakat harus dikedepankan. Selain itu, penegakan hukum, sosial,
pembangunan ekonomi, pendidikan, infrastruktur, untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, harus ditingkatkan,” tambahnya.
Sebagai
putra daerah, dirinya ingin hukum ditegakkan setinggi-tingginya kepada
setiap pelanggaran yang ada di Papua. Tidak hanya untuk masyarakat, tapi
juga untuk pihak keamanan yang selama ini sering terjadi. Hal itu agar
tidak ada lagi konflik dan kekerasan di tanah Papua
“Kita sebagai
sesama anak bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) harus melakukan berbagai upaya agar tidak terjadi lagi konflik
dan kekerasan di bumi Papua tercinta,” tegasnya
Pendiri Pondok
Pesantren Asy-Syafi’iyah Nabire, Papua, ini menjelaskan, dirinya ingin
meluruskan opini yang berkembang di masyarakat bahwa pihaknya
menyarankan TNI/Polri untuk menumpas OPM. Hal tersebut tidaklah benar.
Sebaliknya, Muhay ingin menghadirkan dialog-dialog yang persuasif,
humanis, dan religius
“Apabila konflik Papua mau diselesaikan
secara permanen, pemerintah harus merangkul semua elemen dan pemangku
kepentingan agar secara bersama-sama mencari solusi yang komprehensif,”
ujarnya
Keterlibatan semua pemangku kepentingan tersebut, tambah
Muhay, harus berada dalam suatu mekanisme yang bertujuan untuk
menghadirkan solusi komprehensif
“Dengan demikian, solusi
komprehensif untuk Papua secara bersama dirumuskan, serta diterima semua
pemangku kepentingan,” tutupnya.
*Red Muhay_Tabuni